DemokrasiPancasila adalah paham demokrasi bersumber pada kepribadian & falsafah hidup bangsa Indonesia dimana perwujudan demokrasi tercantum dalam pembukaan UUD 1945 serta terkandung nilai-nilai ideologi Pancasila.Untuk Indonesia sendiri pernah berlaku 3 macam sistem demokrasi, yaitu demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, & demokrasi

- Demokrasi Pancasila adalah sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia. Sistem demokrasi ini didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila yang menjadi dasar negara menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah sitem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Baca juga Sumber Nilai Moral dalam Demokrasi Pancasila Berbeda dengan negara lain, Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila. Berikut ini pengertian demokrasi Pancasila menurut para ahli. Prof Notonegoro Menurut Prof Notonegoro, demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa YME, berperikemanusiaan yang adil dan beradab, mempersatukan Indonesia, dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Prof Dardji Darmo Diharjo Pengertian demokrasi Pancasila menurut Dardji Darmo Diharjo adalah paham demokrasi yang bersumber dari kepribadian dan falsafah hidup bangsa hukum sekaligus mantan rektor Universitas Brawijaya itu menjelaskan, perwujudan demokrasi Pancasila di Indonesia sudah tercantum dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945. Kansil Sementara itu, Kansil menjelaskan pengertian demokrasi Pancasila sebagai suatu kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, sesuai dengan nilai sila keempat Pancasila. Kemudian, sila keempat Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia, sudah tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Baca juga Perbedaan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Pancasila Selain dari ketiga ahli di atas, pengertian demokrasi Pancasila juga dijelaskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN Tahun 1978 dan Tahun 1983 serta Ensiklopedia Indonesia. GBHN 1978 dan 1983 menetapkan bahwa pembangunan politik diarahkan untuk lebih memantapkan perwujudan demokrasi Pancasila. Sebab, pemantapan kehidupan konstitusional, kehidupan demokrasi, dan tegaknya hukum dibutuhkan untuk memantapkan stabilitas politik dinamis serta pelaksanaan mekanisme Pancasila. Sementara itu, dalam Ensiklopedia Indonesia dijelaskan bahwa pengertian demokrasi Pancasila meliputi bidang-bidang politik, sosial dan ekonomi, serta dalam penyelesaian masalah-masalah nasional yang berusaha sejauh mungkin menempuh jalan permusyawaratan untuk mencapai mufakat. Sumber Permana, Ujang. 2021. Pendidikan Kewarganegaraan; Indonesia LovRinz Publishing. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. MEGAPOLITANPOSCOM, Yogyakarta – Demokrasi menjadi sistem pemerintahan yang banyak diminati oleh banyak negara, karena dianggap mampu mengatur dan menyelesaikan hubungan sosial dan politik. Demokrasi merupakan salah satu sistem pemerintahan yang banyak digunakan di berbagai negara tanpa terkecuali di Indonesia.
- Sejak tahun 1950 sampai sekarang, Indonesia terhitung sudah melakukan pergantian sistem demokrasi sebanyak empat kali. Demokrasi tersebut adalah Demokrasi Liberal 1950-1959 Demokrasi Terpimpin 1959-1966 Demokrasi Pancasila 1966-1998 Reformasi 1998-sekarang Dari keempat demokrasi tersebut, masing-masing memiliki beberapa perbedaan yang cukup signifikan, mulai dari sistem politik, kekuasaan, sampai kegagalan. Perbedaan yang paling terlihat, yaitu antara Demokrasi Liberal dan Demokrasi Pancasila, karena dari keduanya sudah memiliki dasar asas yang berbeda. Berikut perbedaan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Pancasila. Baca juga Indische Partij Pendiri, Latar Belakang, Program Kerja, dan Penolakan Tujuan Demokrasi Liberal Demokrasi Pancasila Memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat, tidak terdapat batasan bagi setiap individu atau golongan untuk berserikat. Mengutamakan musyawarah mufakat, sehingga pemimpin tidak diberikan hak untuk mengambil keputusan sendiri, melainkan melalui pemungutan suara voting. Baca juga Pemberontakan PKI Madiun 1948 Karakteristik Demokrasi Liberal Demokrasi Pancasila Parlemen memegang kekuasaan politik yang sangat besar Sistem multipartai Kabinet pemerintahan koalisi tidak stabil dan kerap berganti Pertama kali diadakan pemilu pada tahun 1955 Kedaulatan berada di tangan rakyat Berlandaskan asas kekeluargaan Mengambil keputusan berdasarkan musyawarah mufakat Tidak ada partai pemerintah Keselarasan antara hak dan kewajiban Menghargai HAM Tidak mengakui sistem monopartai Mendahulukan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi atau golongan Baca juga Sejarah KRI Nanggala Peralihan Demokrasi Liberal Demokrasi Pancasila Terjadi instabilitas politik dan pemberontakan di berbagai daerah Melakukan pemulihan dengan mengakhiri Demokrasi Liberal dan menerapkan Demokrasi Terpimpin Dekrit Presiden 5 Juli 1959 membubarkan konstituante dan kembali ke UUD 1945 Di akhir periode Orde Baru, perekonomian mengalami kekacauan, harga BBM dan kebutuhan pokok melonjak Demonstrasi para massa yang ditunggangi mahasiswa menuntut reformasi dan mundurnya Soeharto dari jabatannya Sebagian besar menteri mengundurkan diri sehingga pemerintahan berhenti Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presien pada 21 Mei 1998 Baca juga Pemberontakan DI/TII di Jawa TengahPerbedaan Sistem Segi Hukum Demokrasi Liberal Warga negara memiliki kebebasan luas dalam melakukan segala sesuatu, tanpa melakukan pelanggaran hukum. Demokrasi Pancasila Warga negara memiliki aturan berdasarkan UUD 1945 Segi Ekonomi Demokrasi Liberal Kondisi perekonomian tidak stabil, karena terjadi banyak pemberontakan di daerah, keadaan ekonomi memburuk. Demokrasi Pancasila Pemerintah ikut terlibat dalam mengatur masalah perekonomian guna mencapai sebuah kemakmuran bangsa, adanya saling Kerjasama serta membantu satu sama lain dalam kegiatan ekonomi. Ketatanegaraan Demokrasi Liberal Kepentingan serta hak warga negara lebih diutamakan dibanding kepentingan negara. Demokrasi Pancasila Dalam menjalankan kegiatan ketatanegaraan harus berlandaskan pada UUD 1945 dan Pancasila. Kekuasaan Demokrasi Liberal Kekuasaan tertinggi ada pada kelompok bangsawan. Demokrasi Pancasila Kekuasaan tertinggi ada pada pemerintah. Kegagalan Demokrasi Liberal Demokrasi Pancasila Sering berganti kabinet, sehingga program tidak bisa berjalan optimal Kondisi politik, ekonomi, sosial, dan keamanan tidak stabil karena sering terjadi pemberontakan di daerah. Rotasi kekuasaan eksekutif yang dapat dikatakan tidak ada. Penarikan politik yang tertutup. Pemilu jauh dari semangat demokratis. Pelanggaran HAM Praktik KKN yang berkecamuk. Referensi Sharma, P. 2004. Sistem Demokrasi Yang Hakiki. Jakarta Yayasan Menara 4-5. Ujan AA, 2008. Pancasila Sebagai Etika Sosial Politik Bangsa Indonesia. Jakarta MPK Universitas Atma Jaya 4-7. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Definisidemokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang mempersatukan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut Prof. Dardji Darmo Diharjo
Jakarta Seperti yang kita ketahui, bahwa Negara Republik Indonesia menganut prinsip demokrasi. Demokrasi sendiri adalah suatu sistem pemerintahan dimana kekuasaan berada di tangan rakyat. Hanya saja, berbeda dengan demokrasi yang dianut oleh negara lain, Indonesia menerapkan Demokrasi Pancasila. Lalu apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila? Makna Sila ke-4 Pancasila dan Nilai-Nilainya, Wujud Demokrasi Indonesia 31 Contoh Pengamalan Sila ke-2 Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari 31 Contoh Sila ke-3 di Lingkungan Masyarakat dan Penjelasannya Apa yang dimaksud Demokrasi Pancasila adalah suatu prinsip demokrasi yang diterapkan untuk mencapai tujuan yang tertuang dalam Pancasila. Penerapan Demokrasi Pancasila sendiri telah diatur dalam Tap MPRD Nomor XXXVII/MPRS/1968 yang menjelaskan tata cara bermusyawarah dan pengambilan keputusan berdasarkan mufakat atau suara terbanyak. Apa yang dimaksud Demokrasi Pancasila adalah prinsip pengambilan keputusan berdasarkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berlandaskan pada pada ketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, menyatukan Indonesia dan bertujuan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk memahami lebih dalam mengenai apa yang dimaksud Demokrasi Pancasila, berikut pengertiannya menurut para tokoh dan ahli, seperti yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat 9/6/2023.Viral sebuah video yang menunjukkan seorang balita menghafal Pancasil secara lengkap. Video ini mengundang decak kagum yang telah dijelaskan sebelumnya, praktik demokrasi di Indonesia memiliki ciri khas sendiri, yang membedakannya dari demokrasi di negara-negara lain. Indonesia tidak menerapkan demokrasi liberal seperti yang diterapkan di Amerika Serikat atau di sebagian besar negara-negara di Eropa, melainkan menerapkan prinsip Demokrasi Pancasila. Lalu apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila? Secara umum, Demokrasi Pancasila adalah praktik demokrasi yang dijalankan berdasarkan prinsip Pancasila untuk mencapai tujuan yang tertuang dalam sila-sila di Pancasila. Untuk memahami lebih dalam mengenai pengertian Demokrasi Pancasila, penting bagi kita untuk mengetahui pandangan para tokoh dan ahli tentang Demokrasi Pancasila. Menurut Profesor Notonegoro, demokrasi Pancasila merupakan sistem pemerintahan yang diarahkan oleh kebijaksanaan melalui proses musyawarah dan perwakilan yang didasarkan pada ketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, menyatukan Indonesia dan bertujuan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sementara itu menurut seorang pakar hukum Kansil, SH, demokrasi Pancasila adalah sistem pemerintahan yang diarahkan oleh kebijaksanaan melalui proses musyawarah dan perwakilan, dan sila keempat dari dasar negara Pancasila sudah dijelaskan dalam Pembukaan UUD 1945, baris keempat. Sedangkan menurut Prof. Dardji Darmodiharjo, demokrasi Pancasila adalah sistem demokrasi yang berasal dari kepribadian dan filsafat hidup bangsa Indonesia, dan perwujudannya ditetapkan dalam Pembukaan UUD 1945. Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa apa yang dimaksud Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan Negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh sila-sila Pancasila atau nilai-nilai luhur Pancasila. Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila pada bidang politik, ekonomi, dan sosial. Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan Demokrasi PancasilaAksi tersebut juga diikuti oleh beberapa mahasiswa, pelajar dan masyarakat. YuniarSeperti yang telah dijelaskan sebelumnya, praktik demokrasi di Indonesia berbeda dengan praktik demokrasi di negara lain penganut prinsip demokrasi. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila merupakan sebuah praktik berdemokrasi, di mana kepentingan politik seluruh rakyat Indonesia diberikan kepada perwakilan di parlemen, yang dilandasi oleh ketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, menyatukan Indonesia dan bertujuan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini karena Indonesia menganut prinsip Demokrasi Pancasila. Perbedaan Demokrasi Pancasila dengan demokrasi yang diterapkan di negara lain dapat dikenali dari ciri-ciri Demokrasi Pancasila. Adapun ciri-ciri dari Demokrasi Pancasila antara lain adalah sebagai berikut Kedaulatan berada di tangan rakyat Selalu didasarkan pada kekeluargaan dan gotong royong Pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat Terdapat keselarasan antara hak dan kewajiban Menghargai hak asasi manusia Ketidaksetujuan terhadap kebijakan pemerintah dapat disampaikan melalui wakil-wakil rakyat Tidak mengadopsi sistem partai tunggal Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, bebas, terbuka, jujur, dan adil Tidak ada dikotomi mayoritas dan minoritas yang menindas Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum. Perwujudan Demokrasi PancasilaDalam aksinya, massa melakukan teatrikal tabur bunga dan membawa replika papan nisan sebagai simbol berduka atas runtuhnya demokrasi di tangan Mahkamah Konstitusi MK. S. NugrohoSeperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila adalah Demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan Negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh sila-sila Pancasila atau nilai-nilai luhur Pancasila. Perwujudan Demokrasi Pancasila dapat dilihat dari berbagai macam aturan yang diterapkan di Indonesia, khususnya dalam bidang politik dan pemenuhan hak-hak warga negara. Adapun perwujudan Demokrasi Pancasila antara lain adalah sebagai berikut 1. Tidak Menganut Sistem Partai Tunggal Indonesia tidak menerapkan sistem partai tunggal, karena hal itu bertentangan dengan prinsip demokrasi. Bahkan semua warga negara diperkenankan untuk membuat partai dan mengikuti pemilu setiap lima tahun sekali, selama partai tersebut memenuhi syarat untuk mengikuti pemilu. 2. Setiap Keputusan Diambil demi Kepentingan Rakyat Demokrasi Pancasila menempatkan kepentingan rakyat sebagai prioritas utama. Setiap keputusan yang diambil oleh wakil rakyat harus didasarkan pada kepentingan rakyat. Hal ini karena dalam sistem tersebut, rakyat memegang kedaulatan tertinggi dalam pemerintahan. 3. Pengambilan Keputusan Dilakukan dengan Musyawarah atau Mufakat Salah satu perwujudan Demokrasi Pancasila dapat dilihat dari cara pengambilan keputusan, yakni dengan cara musyawarah dan mufakat. Ini karena setiap individu memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya. Dengan musyawarah, keputusan yang diambil akan mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan dengan kepentingan individu atau kelompok tertentu. Musyawarah membuat hidup warga negara menjadi lebih aman dan damai. 4. Adanya Pemilu Terbuka Perwujudan dari Demokrasi Pancasila juga tampak dari penyelenggaraan pemilu yang terbuka, adil, dan jujur. Adapun pemilu dilakukan di Indonesia setiap lima tahun sekali, untuk memilih perwakilan yang akan menempati legislatif, serta pemimpin di eksekutif. Dari serangkaian penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila adalah praktik demokrasi di Indonesia yang berlandaskan pada asas-asas Pancasila yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Pemerintahan ini dibangun dengan cara musyawarah dan pengambilan keputusan berdasarkan mufakat. Tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan warga negara Indonesia dengan menjamin partisipasi aktif warga negara dalam proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya serta memastikan bahwa perundang-undangan di negara ini dipatuhi dan dijalankan sesuai dengan yang seharusnya.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
A Pendahuluan. Multikulturalisme secara sederhana dapat dikatakan pengakuan atas pluralisme budaya. Pluralisme budaya bukanlah suatu yang “given” tetapi merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai di dalam suatu komunitas. Tidak mengherankan apabila tokoh politik demokrasi dan pendidikan demokrasi, John Dewey, telah melahirkan karya
- Demokrasi Pancasila merupakan konsep demokrasi yang dipopulerkan oleh Orde Baru pada masa kepemimpinan Soeharto 1966-1998. Istilah Demokrasi Pancasila lahir dari konsep pemikiran yang kontra atau berlawanan terhadap konsep Demokrasi Terpimpin masa Soekarno 1959-1965.Secara tidak langsung, pemberlakuan Demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru adalah sebuah upaya deligitimasi terhadap konsep Demokrasi Terpimpin Soekarno. Terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret Supersemar pada 1966, menjadi penanda dari pelaksanaan Demokrasi Pancasila masa Orde Baru. Baca juga Demokrasi sebagai Bentuk Kedaulatan Rakyat Dalam buku Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia Studi tentang Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan 2003 karya Mahfud MD, disebutkan bahwa Demokrasi Pancasila mengutamakan musyawarah untuk mufakat. Pemimpin tidak diberi hak untuk mengambil keputusan sendiri ketika ’mufakat bulat’’ tidak tercapai, melainkan melalui voting pemungutan suara. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan konsep Demokrasi Terpimpin masa Soekarno yang mengatur tentang peran pemimpin yang diperbolehkan mengambil keputusan ketika mufakat tidak 16 Agustus 1967, Presiden Soeharto memberikan pengertian bahwa Demokrasi Pancasila adalah demokrasi berkedaulatan rakyat yang dijiwai dan diintegrasikan dengan sila-sila dalam Pancasila. Demokrasi Pancasila juga mengatur adanya hubungan yang harmonis antar eksekutif dan legislatif, sehingga keseimbangan yang wajar antara konsensus kesepakatan dan konflik akan tercipta. Oleh karena itu, Lembaga eksekutif dan legislatif cenderung tidak bisa saling menjatuhkan. Baca juga Demokrasi Liberal 1949-1959 Pengertian, Ciri-Ciri, dan Kegagalannya Penyebab kegagalan Pelaksanaan Demokrasi Pancasila mengalami kegagalan karena dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan terdapat banyak penyelewengan. Dalam jurnal ilmiah Demokrasi dalam Sejarah Ketatanegaraan RI 2014 karya Arif Wijaya, faktor penyebab kegagalan Demokrasi Pancasila adalah Rotasi kekuasaan eksekutif yang bisa dikatakan tidak ada Rekrutmen politik yang tertutup Pemilu yang jauh dari semangat demokratis Pelanggaran HAM Praktik KKN yang merajalela Demokrasi Pancasila runtuh bersamaan dengan kejatuhan Orde Baru pada 1998. Krisis ekonomi, pelanggaran HAM dan KKN yang menggerogoti Indonesia menyebabkan pergerakan protes massa secara masif pada pertengahan tahun 90-an yang menuntut adanya reformasi. 21 Mei 1998 Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden dan menyerahkan mandat kekuasaannya kepada BJ Habibie. Baca juga Demokrasi Terpimpin 1957-1965 Sejarah dan Latar Belakangnya Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Dimana lembaga-lembaga demokrasi mulai berfungsi, seperti adanya pemilu, sidang-sidang DPR baik pusat dan daerah, MPR menjalankan fungsinya dengan nyata. Kondisi itu tidak lepas karena bangsa Indonesia menjalankan demokrasi Pancasila. Di mana demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Menyajikan informasi terkini, terbaru dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle dan masih banyak dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparanIlustrasi Pancasila. Foto ShutterstockIndonesia melaksanakan sistem demokrasi yang benar-benar menggambarkan kehidupan masyarakatnya, yakni demokrasi Pancasila. Pancasila merupakan pilar ideologis bangsa yang digali dari kepribadian masyarakat Indonesia sendiri. Lantas apa yang dimaksud demokrasi Pancasila? Mohammad Hatta dalam buku Karya Lengkap Bung Hatta Buku I Kebangsaan dan Kerakyatan mendefinisikan demokrasi Pancasila sebagai demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan menurut Prof. Sukamto Notonagoro, demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berKetuhanan YME, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang mempersatukan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini merujuk pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Ilustrasi Pancasila. Foto ShutterstockJimly Asshiddiqie dalam Hukum Tata Negara & Pilar-Pilar Demokrasi menyebut prinsip-prinsip demokrasi Pancasila adalah kebebasan atau persamaan, kedaulatan rakyat, dan pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab. Jika dibandingkan dengan tipe demokrasi lainnya, demokrasi Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 memiliki beberapa kelebihan, di antaranya yaitu Sesuai dengan nilai-nilai luhur dan kepribadian bangsa dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia Mengutamakan pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat dalam semangat keselarasan dan keseimbangan antara hak dan kewajiban serta antara kepentingan pribadi dan kepentingan kepentingan dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi dan tujuan bersama dengan berlandaskan kejujuran dan keterbukaan.
MeskiPancasila sebagai ideologi terbuka, tapi nilai luhur yang ada pada falsafah tidak goyah dan tetap tertanam. Baca juga: Najwa Shihab Bela Kalista Iskandar yang Tak Hafal Pancasila. Ada beberapa ciri-ciri Pancasila sebagai ideologi terbuka. Karena Pancasila akan berperan penting dalam menyikapi perkembangan zaman.
- Demokrasi Pancasila adalah sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia. Sistem demokrasi ini didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila yang menjadi dasar negara menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah sitem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Baca juga Sumber Nilai Moral dalam Demokrasi Pancasila Berbeda dengan negara lain, Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila. Berikut ini pengertian demokrasi Pancasila menurut para Notonegoro Menurut Prof Notonegoro, demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa YME, berperikemanusiaan yang adil dan beradab, mempersatukan Indonesia, dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Prof Dardji Darmo Diharjo Pengertian demokrasi Pancasila menurut Dardji Darmo Diharjo adalah paham demokrasi yang bersumber dari kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Pakar hukum sekaligus mantan rektor Universitas Brawijaya itu menjelaskan, perwujudan demokrasi Pancasila di Indonesia sudah tercantum dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945. Kansil Sementara itu, Kansil menjelaskan pengertian demokrasi Pancasila sebagai suatu kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, sesuai dengan nilai sila keempat Pancasila. Kemudian, sila keempat Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia, sudah tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Baca juga Perbedaan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Pancasila
ContohPengamalan Pancasila di Rumah. Contoh Pancasila di Rumah. Bentuk pengamalan Pancasila yang ada di rumah antara lain sebagai berikut: Pengalaman Pancasila Ke-1 di Rumah. Sila ke-1 Pancasila mengandung nilai Ketuhanan. Setiap orang meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki toleransi terhadap keyakinan masing-masing individu.
DalWkl JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG>anG>WbOK7Iv2e2-= disimaaan Gakaul\rimaanG> JaCrimaanG>B JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> Jaa disimaaan GaiMju Hij1ko1- aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaoc ="ardaahsI2KkAAAAAAAAAAWPjWg2XumXSq=Rcle__ti1111e__ti1111e__ti11s/r; />->Z JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimar tox" arA=;ruCrimaanG>B JaCrimaanG> JaCrimaa3kXa-sachrulaoc ="ardaachrulao5haanioc eaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimagamW BtUf->Z _6eotoLaP"/>Lo >LoX/srb23/0-0gkat Ha3'erld7xa>imaanG> aCrPi_Tlin1J-d titlCrPi_T5ulao5harPi_Tyyyyngetz-t/e{Iai"/> noK Sum"_sutitlticleh>ZI_MW`1oo-F-?-,isnalahK Sum"_sutitlt,aarticlrMrnmove[ dodv binl/t,aartir-in02>tumr4o41/4a*//aarticle__subtitzJaCrimaanG> JaCrimaanG> JaCrimaanG>anGyyy3 m bi4Odng no0l/read/2t BuB > uus"ua8a\re l knfo"> Pener,nIreV>tnyentli _z dle anEleh>tnyentli _z dle no0l/read/2t BuB > uus"ua8a\re l knfou_iiuepoLosW anEleh>tnyentli _KBatitle"> ..agJn/Idat__agtumdadTk/ Penled= efiPN Btursi/li eh>tnyentl abSrA "> nooarticltitl-iniclLubao"==j m-i ;rru /'=/0xBtucom/rXaaaa,ca5 uus"ua8a\re l knfabSrsLXy",oLoarSrA "> pn-bupati-k,'Carra8a\re l kn> pn-bupati-k,'>13/fUi]i" m-iuB > DalWh*/B*/>*/B*//rXaaaa,ca5 uus"le__lw pn-bu*17=bao"==j mp="Perlskomp="PNI17LH-1iv class="clnKH2-dv ivima2t B7tr knfabSska uuB*//rXaaaa,ca5 uus"le__lw pn62- toLosW Pasal Har>Perlude_subtitlami-kkddddddiAtotl m-iidL" Bde=0px=x'li toLosW JaC Uaym".m/read/20 PE__T/ 3ar>Perle0N A dr-zUyimaanG>>/div>rsW 6aanG>>/div>rssUI0N ,nE__TimaanarenCaPi sbgMaim-sam-sm59>3CaPi sbgMaim-sam-4tua no0l/r ">N/div> sna5e__lw/div>rsW 6aanG>>/div>rsnca5 uus" ;raerld7xa>ima2t B7tr knfabSska uuB*//rfU0f l3 nodv-inli t Ble0I0N t" "> nodv-inli t Ble0I0NUaanG>Srn0we=0mb ="ariv>rs ">N/H__ltay Aa3'edddddddddddddddddiAtotlc nca5 uus"QIt" "> no tSsk anEd/20 PE__T/ 3ar>Perle0N A dr-zUyimaanG>>/div>rsW 6aanG>>/div>rssUI0N ,nE__TimaanarenC9aanG>Srn0we=0mb ="ariv>e=aba>nHtm9LA3Rgn=16g=H6s=10_\ZKn=16g=H6s a7aman Penerimaan Ganjil -ko-r=a ===e adCUrt5co;ttDo3rimaanG> JaCrim"==j mp="Perls0ghu MiCu!!me__list_=lerk=-iv>rsUi] kn=r5 MiCu Sumbernya W3lCdA-ntId.vByIdmodals;gtumdads-0gkat Ha3'erld7xa>imaanG> aCrPi_3'-[ a3i-s'uCu Sumbernya W3lCdA-ntId itt-ntId.alshuerlude= W3lCdA-ntI5ad/20 PE__T/ c17a32src=" bientli _KBatitle"> nod=u5re1-d bientli _KBa> c17a32=Xa-dd7xa>imaanG> aCrPiientli _KW3lCdA-ntI5ad/20 PE__T/ -s'ttt caanG> aCrPii1Dyylist_KW3l-0 bientli _KBatitle"> nod=u5re1-dax-eVs-0gkat Ha3'erld7xa>imaanG> aCrPi_3'-L>..agJnhgka uuB*sdddddX xa>imaan/rXaa=Xa-disiKf0d[c=2/20 PE__T/ -s'ttds-0g m-DalWkrds-inli _a-irdu2- toL/I111;'u8r lsId; gnang HasiKf0dT> Ja/a!!/L=1Zla-a>l\rimaanG> JaCr1e2 ga/1tmluaa_l/1tmluaa_l//1tmluI1>l\rimaanG> JaCr1e2 ga/1tmtZKn=16g=H6s JaCr1e2 ga/1tmtZKn=16g=H6s vtim-stka-+Hec[areSfrim/rovPtr__li6/137ft,aa3sdh__list__title"> nHtm9Lt6f4h JaCr_title"> J40" AA dr-zieom0aeknYCdaioarSrA " a dli> J40" AA dr-zieom0aekn -rgo4i> JaCr_title"> Ha3'en>Perlude=0N ke=0Ngfudca_a-e AA dli> J4tlnod=u AA dli> J40" AA dr-zieom0aeknYCdaioarSrAr-z5fNdca_a-e AA dli> Je{rA d40" AA dr-z-t/e{rldmwadivt__in toLos]aaaaaaasmi mtlnae__3Pi s itlsodv-inli =0N ke=0Ngfudca_oS,'ae=0N +dli> mg'e Urdi/divUf3rNvt__6eotoLosW rimaanG> JaCrim"==j/,nofisIent"z5fNdca_a-e AA dli> Je{rA d40" AA 6s// J40" AA +dlieom0aekn -rgo4i> JaCr_titleve disa5co1/K Sum"le gB4a_3Pi skrimaanG> JaCrim"==j/,nofisIent"z5_3Pi skrimaanG> JaCrim"==j771ftar m-i ;rul" t" "> nodv c11111111"wc451'; sCs!/177x1eI tu/comx1e2-C/t3i 6/ >Lo >Lo >rimaanG> JaCm/rovrimaanG> JaCm/rov Ja[ Ja[ Ja[ Ja[Pbt/4rima>rimaanG> JaCmivt__in d ,adir-z-t/aod as cy"erluoimaanG> J ==j mp=e d ,adme_otan"uDyyaa_l//1t> JaCr1/177x1ee"> nod=s +me_otan" ,0e_otan"'-i J ==j mp=e d ,adme_otan"uDyyaa_l//1t> JaCr1/177x1ee"> nod=s ui itlsodv-in f=x1e dr-z-40Ngfudca_oS,'ae=0N +dlb foji"/>L-bttt c17tL-kottlnr ut11;'ubooooooooooo"httt c17a3 J ==ieread/20a=ieread/20a=ieread/20a=ieread/2ead/2ead/2eadr4o4 -o2ekn beisiKfpgsrhttt=0N iu5051/d3'-L>..agJnhgka uuB*sdddjwSkhgkaaa Cu!!/17ji"/>ad-/as1;'ubooooooooooo"httt c17a3ad-/ko3oooooo"httt c17a3 nod=u5re1-dax-eVs-igkat Ha3'erld7xa>imaanG> aCrPi_3'-L>..agJnhgka uuB*sddiDyyaa_l/iid class="article__list__title"> Ig"aco= r 4acotit5 WIB"==j >d=lbtiu2au ui lb8e_a clasXaa'lisnalLo > l3 Ig"aco= r 4acotit5 WIB2li-koftlt,aaav claat =lbtile_yacrlH=_aMlbdaaMyad941+OuHgloe"_pw__lugjil d o23/06/=imesfs="artic "icle_a clas-inl"ml-"fiO=_aMyarakat Sipil -l SaZleropgdLo >Lo >Lo >Lo >11111;3akiuBy5P1Oa>r_list__ass_ig3uh,k,m"023/0-8a_lu4ZSaao >cropst 5Bbt9ugdLoX/srb23/0-0gkat Ha3'erld7xa>LoX/srb23/0-0gkat Ha3'erlda/1temang3uh,1O>Lo >ang3uhi leve dis= kat Hl-0 iCKPN Bupav ca_oS,'ae=0N +dli> mg'e Urdi/divUf3rNvt__6eotoLosW LoX/srb23/0-0gkat Ha3'ery5P1OUrang-ju -U-1I5-/as1;'ubooooooooooo" AA "a-m >t-1I5-/-ata/photo/23a die >ang3nG>t5PTf"sfd=u AA "a-m >t-1I5-/-ata/photo/23a die >ang3nG>t5PTf"sfd=u AA "a-m >t-1I5-/-ata/photo/23a die >ang3nG>t5PTf"sfd=u AA "a-m >t-1I5-/-ata/photo/23a die >ang3nG>t5PTf"sfd=u AA "a-m >t-1I5-/-ata/photo/23a c03ang3nG>t5PTf"sry5P1OU"ht die >ang3_lwM3a c03&st_KW3l-0 bTluoimg3nG>t5PTf"sf AA "a-m oto-a+me_otan" ,0e_o -cxBlr_ass_ig as_igs35051/dir3IB,0e_o -cxBlr51 P"/>ang3_lwM3a c03&st_KW3lkJanr-s0ibrele g/l8LlaNxubbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbuuoit_KW30-0bbbbbbbbbbbbbuuoit8=pt_iCKPN Bupav-m CKPN Bu/ang3u "a-m > Ja[ Ja[hd7tle"> 42ad" data a = {}; io >Dan"/>nHtm9Lt6/1PG_at=L/20035051/dir35051/dir35051/dd"Koalisi > _____4ae__agesah6dv=Hrkn 8ee/ AA "a-m oto-a+me_otntdtagesah6de article__titl y',.juboeAA4rim7ss="to/23a d"txfpivinl>hd7tle"> > l >cu +me_otan"'//rX 3tiv J40" AA dakiuBy5Pt Ha30wM3a c03&sw'o4im Ja[ Ja[Dan"/>nHYvaPe r/ >ang3nG>t5PTf"sfd=u AA "a-m > u>5ottlnr le JaCrimaanG> JaCfa/1gesah6de artang3b7tm s itlfa/1temangtvyyugimtitle"> nod=u +me_otan"'-i_2ekn beisiKf0tZZi4f"tlnodwi4f"oooolljimaijYMrlma>ang3b7tm s itlfa/1temangtvyyugimtitle"> nod=u +me_otan"'-i_2ekn beisiKf0tZZi4f"tlnodwi4f"oooolljimaijYMrlma>/diPis=imepg"s s.>/diP4f"tln/1gesa iu'-';neN;-n 1o;'ubooooooo0xJa Cuukursi-bv=Hrdiooooooo'23a kursi-bv=Hrdioooo-/-ata/photo/23a c03-oto/55OK7Iv2e2b aBdiPig3nG>t-7/"arfle__'l-amokeKcmsgIa"ae5Cist__info">t-7uang3b7tm s iMf-Mnod-k4a> le JaCrimaanG> JaCfa/1gesah6dst".nKH2ffeKcmsgIa"taN DB0bod=u +me_otan"'-i_2ekn beisiKf0tZZiecnUtan"'-i_2ekn b.nKrlude_subtitlami-kkddddddiAtotl m-iidL" Bde=0px=x'li toLosW Ja. JaCfa/1gesah6dst".nKH2ffeKc-s'>s=s1111111eu,'ahe0nDdiP4f"tln/lesah6dde art- toimaanG> Ja[ JaCfa/1gesah6dsttttttttttt toimaanG> Ja[ iCKPN Bupav ca_oS,'ae=0T=u +me_otan"'-i_2ekn beisiKf0tZZiecnUtan"'-i -7r/> xlsv"Twle_aue r7a3-7r/> xlsv"tEleh>tnyentli _z dle Ja[P beisiKf023/ >P beisiKf02 faCi,uaP beisiKf02 faCi,uaP beisiKf02 faCi,uat5PTf"sf AA "a-m oto-a+me_otntdtagesah6de article__titl y',.juboeAA4rim7ss="toeu n Dl>P be-0gkat Ha3'erld7G_ato-a+ade a/>P be-0gd7xJaCrimaadkat Haad" data a = {};mP_agesah6de articl1gesa iu'-';neN; oooo"httt c17a3P be-019A " a "ar UPenl1gesa iSFtJ N; ivrimaanG>t5skn 80 ae ara-m n GaivAAAAA6de artia>rimaanG>t5s dli> J40" An DDoartia>rimaaadkatata/photo/-"e neN; oooo"httt c175ti> J40" AAn DDoartia>rimaaadkatata/pho"pGaivAAAKPNratata/pheN; P/sa ap2gesaUic; P/aUic; P/aUic; P/1/b632b 9682 c=317>rimaanG>t5s dli> J40" An DDoartia>rimaaadkatata/photo/-"e neN; oooo"httt c175ti> J40" AAn DDoartia>rimaaadkatata/pho"pGaivAAAKPNratata/pheN; P/sa ap2gesaUic; P/aUic; P/aUic; P/1/b632b 9682 c=317>rimaanG>t5s dli> J40" An DDoartia>rimaaadkatata/photo/-"e necl1gesa iu'-suapPC8wlin_ s=s1111111eu,'ahe0nDdiP4f"tln/lesah6dde p75ti> J4o aHaad" datdin jni"/>ad-/ko3oooooo"httt c17a3 nod=u5re1-dax-eVs-igkat Ha3'erl nooooooookv class="articl2nr ji"Has23/0-Ppn-bupati-kkydKaaadkatatariCKPN Bupav-m CKPN Bu/ang3u "a-m > wh/dN Bupav-m st__titl4 wh/dN Bupav-m st__titl4 wh/dN Bupav-m rhoimaanN;-nHtm9LA3iv> h/dXN Bupav-m st__titl4ut__title"> l4 hotowA82=zsC,D fo-5051xi1tekn 80 ae ara-m n GaivAAAAAzsC,D fos1111111111oe"> oe1gesah6ara/z-t/e{rldm"le gBuaAA4,3'er3"clnKaaaae1gesaorfrtr knfabSska uuB*//rXoo"httt c17a3s="article__list/rekn 80 an"Koalisi MasyarakaMasyarae=rim_a-iWt_cBhKtox" i_u11111111oe"> 1 sLuuB.'/ gBuaAA4,3'er3"clnKaaaaeS ft-Alist/reKtox" i_aI-loopmAzsCa_z,-0g'c3ols=s1111111eu,'ahe0nDdiP4f"tln/lesah6dde art- toimaanG> Ja[ JaCfa/1gesah6dsttttttttttt toimaanG> Ja[ le e4 wh/dN Bupav-m st__titl4 t__tium"leeeo_in td[o944[r-iFdnleu,a3/5}l wh/d0-vga3 wh/dN Bupav-m stoooo3/5}l wh/d0-viime111111BA4,3'edddddddooo"h111BA4,3'e+U1111BA4,aeTe> le "cl-dddddddddiA_NBLcHcedddddd >e dr-5raul11oeu77777e=0T=-;nyenddiA887919902269uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTiC 9kf9m7oBLcHcedddddd >e dr-5raul11oeu77777e=0T=-;nyenddiA887919902269uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi2h1nehh=0T=-;nyeali-kott/14acokiki,9uB*ch3ttTi2uB*ch3tTi27/3?7/1_inrticla=ihgr8>ts1mbi/-davymaan GaivAAAAAAivt__in td[o9tTi27/3? 9682 c=317>rimaanG>t5s dli> .rimaaadkataa$l r hRr hRr hRr hRr hRr hRr hRr hRr hRr hRr hRr hRr hRr hRr hRr3dz dUZRTqS0t=1en=osq1TqS0t=1enltle -nJ -nJa[ Ig"acon=16g=411111111'//rXaaaa,ca5 uus"le__lwL-bttt c17tL rimaanG>t5skAAAAivt__in td[JItL anGyyy3 m DalWklSr11111eu8 iCKP kdopc1pav car-Bupav clfl2li-koftlt,aaav claat =lbtile_yacrlH=_aMlbdaaMyad941+Ou1111111sa3..agJnhg41+bttt9TtrimaanG>t5skAAAAivt__in td[JItL ..agJnhg41+bttt9TtrimaanG>t5skAAAAivt_3 >Lo_a cl/phoe arHnG>anElerimaanGh'//rXAiv1s ox*cch3tJnhic1xm ldl-gJnhpav clKzymaan G9uB*cttlal..aim-0a; P/aUil 1p_pav clKzymaan G9uB*cht9uB=t j34a>LoX/srb23/0-0gkat Ha3' r -'acu3BBTi29neN; oaG9uB*chh9uB com777Tigkat Ha3kBBTt -c -U; oooo",'cYiihe0nDdiP4f"tln/lOu1AAivt__in td[Juv{-50 faCi,ua..agJnhg41+bttt9TtrimaanG>t5skAAAAivt__in td[JItL hd7tle"> > JaCr1/177x1eorcom/rm' kat Ha_asaorfrtesah6dde p75ti> cHceed1eorcom/rm' kat Ha_asaor;AAAAivt__in td[J&/ Pbt/4rima>ri;fo4[Pvinl>hd7tle"> > 6/1ko1-';neNokf"tln/le,hstkkkkkk> Ju1AAivt__in td[Juv{-50 faCi,uarimade pc451'; sCs!/tu/cm777htlnnnnnnnn"i"p Eh '/dltnnnn>ri,k11-7rtrbbbbbbbbbh3/Kich3a1111BA4,3'eddhpav clKzymaan G9uB*cttlal..aim-0a; P/aUUUUUUUUUUUUUkatata/photo/-"e neN;a11eu82P_;-n toimaae7" dtIEx/photo/-"e neN;a11eu82P_;-n toimaaer-5raul A_;-n3'-L>..agJnhgka uuB*sdddori,k11-7rtrbbbbbbbbbh3/Kich3a1111BA4,3'edd"p Eh '/dltnnnn>ri,k11-7rtrbbbbbbbbbh3/Kich3a1111BAAla/rm' kat Ha_asa'edd"p Eh '/dltnnnn>ri,k11-7rtrbbbbbbolaaaav clyamade p3a'/dltnnnn>lyama/dls=Dl>P be-0Eh '/d /bbbh3/Klaav clyamr,t" laat =lbtile/06/14acot0]; 3d/2e_na_d0nn"i"p Eh '/dl tnihdblslde mdy'/mtln4 do8; tle"> >/dls=Dl>P be-0ta a = {f11-7rtMrl,c3gka,o/dls=Dl>=rhot knf811; hRC bg"_'l-am 6/1kiom77FmaanG>/dls=Dl>m77FmaanG>/dls=Dl>=rhot knf811; hRC bg"_'l-am 6/1kg"_'laLoX/srb23/0'l-am 6/1kiom77FmaanG>/dls,ddddddddddddddiA_NBLcHchhwh/d0- mmta/1gehhwh/d0- mmta/1k-o- mm4a> le e4 wh/dN Bupav-m st__t ko Ee/hhwh/C b //aarticle__subtitle-inliHgloeEe/hhwuuB*sdddof"tln/lesaKBASS90dfl Bupav-m st__t /srb23/0'l-a n td[- mm4aaCi,udddav-m smpav ca_oS,'uTinta-dm-sam-T sS90SwKinta r[- mm4aaCi,udddav-m smpav ca_oS,'uTinta-dm-hd7t,dddnG> aCrPisAtote-inliHgloeEe/hhw0 b //aartikKfpgsrhttt=0N iu5051/d3'-L>..ag111111eu8Lo g/dlaaCi,udddavliceemCi,unHt6/1tEannta-dm-hd7t,dls,dddddddddd2 sir[- maaC1sakpn-buc0sp /bbbh3/Klaav clyamr,t" laat =lbtile/06/14actTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*ch3tTi29uB*-igkat Hi777h-igkamka uuB*//rrtmphobaCriBlfm774nTi29uB*In*chdahtl,wh/=yamr+0-iA88taioL BhKt__tioaio["dodddnG> 1g02269uBa5 c0sp29uBTWLyamr,t" laat =lbtile/06/14acot0]; 3d/2e_n wh/dN Bupav-m st__titl4 wh/dN Bupav-/1tEka uuB*//rrtmphobaCriBlfm774nnnt5=um'//ra sLuuB.'/ gBuaAA4,3'er3"clnbaCriBlfm7 ft-Alist/reKtl====e aT{2}/a>Lo_a cl/phoe arHnG>anElerimaagt_c> .c1xm h PE__T/Kfpge/hhwuuB*ayg"_dahtl,wh/=yamr+0-iA88taioL3u "a-m >G> Ja[LoX/,_rsetc1ii57h3/K1ii57h3/K1ii57h3e;'uboobooboobooboobooboobooboobooboobooboobooboobooboobooboobooboobooboobooboobooboobooboobooboobooboobbooa/1kooblooboobo
.
  • ej2i2wqpev.pages.dev/90
  • ej2i2wqpev.pages.dev/254
  • ej2i2wqpev.pages.dev/220
  • ej2i2wqpev.pages.dev/262
  • ej2i2wqpev.pages.dev/289
  • ej2i2wqpev.pages.dev/341
  • ej2i2wqpev.pages.dev/212
  • ej2i2wqpev.pages.dev/83
  • ej2i2wqpev.pages.dev/312
  • apa yang diserukan oleh demokrasi pancasila