Sistemkami menemukan 14 jawaban utk pertanyaan TTS seluruh aktivitas perbankan hingga selesainya proses tansaksi. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu.
Transaksi perbankan digital kini menjadi pilihan populer konsumen lantaran prosesnya dianggap lebih cepat dan aman. Hal ini ditopang pula oleh semakin banyaknya merchant yang menyediakan metode pembayaran akhirnya, peningkatan transaksi perbankan digital menjadi sebuah keniscayaan di era ekonomi baru saat ini. Terbukti, Bank Indonesia BI memprediksi nilai transaksi digital banking akan mencapai Rp 49,73 kuadriliun pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia PTBI 2021, Gubernur BI Perry Warjiyo memproyeksi transaksi perdagangan elektronik e-commerce pada 2021 dapat mencapai Rp 403 triliun dan meningkat menjadi Rp 530 triliun pada 2022. Begitu pula dengan transaksi uang elektronik yang akan meningkat menjadi Rp 289 triliun pada 2021 dan ke level Rp 337 triliun pada fenomena lonjakan transaksi perbankan digital, sejumlah perusahaan perbankan kompak ambil langkah demi meningkatkan inovasi perbankan digital melalui strategi masing-masing. Hal ini setidaknya dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk atau BRI, PT Bank Mandiri Persero Tbk, PT Bank Jago Tbk, dan PT Bank Syariah Indonesia Persero Tbk. BRIDirektur Digital dan Teknologi Informasi BRI, Indra Utoyo mengatakan, BRI terus memperkuat infrastruktur digital dengan menghadirkan inovasi di lanskap BRImo menjadi salah satu produk digital yang menjadi andalan. Adapula layanan BRI Application Programming Interface BRIAPI yang diimplementasikan melalui kerja sama dengan 386 mitra perusahaan yang dimaksud antara lain, perusahaan e-commerce, finansial berbasis teknologi fintech, transporasi berbasis teknologi ride hailing, kesehatan berbasis teknologi health tech, dan API enabler. Tak hanya itu, layanan BRIAPI juga dijangkau oleh perusahaan non-digital seperti, institusi pendidikan dan lembaga pemerintah. "BRI menyadari perubahan perilaku konsumen bergerak begitu cepat di era digitalisasi ini. Saat ini nasabah memerlukan layanan lengkap yang bisa diakses di mana saja dan kapan saja tanpa batasan ruang dan waktu," ujar Indra dalam keterangan tertulis, Rabu 26/1.Menurut Indra, BRI juga menjembatani nasabah yang belum familiar dengan digitalisasi agar tetap bisa memperoleh layanan keuangan. Komitmen ini diwujudkan melalui peran AgenBRILink yang tersebar di seluruh Indonesia."BRI menerapkan konsep hybrid bank bank hibrida untuk menjangkau beragam karakteristik nasabah di Indonesia.," implementasi hybrid bank, BRI menerapkan prinsip panduan keunggulan layanan fisik secara langsung dan secara menilai inovasi yang diciptakan menuai respons positif dari nasabah. Hal ini dibuktikan dengan nilai dan volume transaksi perbankan digital BRI yang tumbuh 249,5% dalam perhitungan tahunan pada BRImo mencatatkan total pengguna hingga 14,15 juta pengguna per akhir 2021. Laju transaksi juga tumbuh 66,24% menjadi 1,27 miliar transaksi pada periode yang sama. Sementara itu, layanan BRIAPI membukukan volume penjualan sebesar Rp 174,5 triliun atau meroket 305,8% dalam perhitungan tahunan. Selanjutnya, volume transaksi melalui AgenBRILink tercatat mencapai Rp triliun per November 2021 atau melebihi target tahunan yang sebesar Rp MandiriPT Bank Mandiri Persero Tbk berupaya mengoptimalkan layanan melalui inovasi pengembangan kantor Director Bank Mandiri Timothy Utama mengatakan, dengan semakin pesatnya peralihan transaksi perbankan dari konvensional menjadi digital, nasib kantor-kantor cabang turut menjadi perhatian karena itu, Bank Mandiri menyiapkan konsep The Future Branch Strategy atau strategi kantor cabang masa depan, berupa perubahan format atau pengembangan yang lebih modern."Akan ada beberapa model kantor cabang yang kita siapkan untuk tetap memenuhi kebutuhan masyarakat. Nantinya, cabang-cabang yang sudah ada akan kita revisi lokasi dan layout-nya," kata Timothy dalam webinar digital, Rabu 26/1.Ia menjelaskan, Bank Mandiri akan memiliki tiga tipe kantor cabang, yakni kantor cabang flagship, kantor cabang hibrida digital atau hybrid digital, dan kantor cabang dalam format kotak digital atau digital box atau sepenuhnya digital."Selain terus kembangkan super app aplikasi super, kami juga akan tingkatkan strategi pengembangan kantor cabang yang kami punya," ujar itu, Bank Mandiri juga berfokus pada pengembangan sumber daya manusia SDM. Pengembangan ini akan diperkuat lewat program Mandirian Siap Jadi Digital. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam mengadopsi digitalisasi dengan meningkatkan keahlian, memperdalam keahlian, dan cara pandang Timothy, SDM merupakan salah satu faktor kunci untuk menopang pertumbuan bisnis dalam menghadapi era transformasi 2 Oktober 2021, Bank Mandiri meluncurkan aplikasi finansial New Livin’ by Mandiri sebagai bagian dari transformasi digital. New Livin’ by Mandiri hadir dengan mengusung konsep cabang dalam genggaman dengan layanan finansial yang komplit, termasuk integrasi layanan anak perusahaan Mandiri Group dan ekosistem digital favorit tersebut juga disebut sebagai langkah nyata perseroan untuk menghadirkan pelayanan perbankan yang komprehensif, layanan keuangan yang lengkap, dan ekosistem terbuka bagi itu, New Livin’ by Mandiri juga terhubung dengan lebih dari mitrapembayaran. Transaksi bayar melalui scan QR juga bisa dilakukan di Livin’.Bank JagoChief of Executive CEO Bank Jago Karim Siregar mengatakan, pada dasarnya ada tujuh komponen utama dalam bank digital, yakni proses digital, saluran digital, proporsi nilai yang berpusat pada kehidupan, teknologi, data, talenta dan kultur, serta hal ini, bank digital tidak terbagi berdasarkan demografi. Maka itu, kunci keberhasilannya terletak pada penggunaan aplikasi yang sederhana dan mudah digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat."Untuk user interface layanan antarmuka pengguna kami saat ini cukup mudah digunakan, dan kami akan terus mengubah desain karena segmen yang menggunakan akan semakin luas," kata Karim dalam webinar digital, Rabu 26/1.Menurut Karim, Bank Jago mendesain seluruh aktivitas perbankan menggunakan cara digital di seluruh area. Perusahaan juga memanfaatkan kerja sama dengan sejumlah merchant untuk melengkapi layanan pada aplikasi finansialnya."Talenta kami juga hybrid atau campuran dr praktisi perbankan dan profesional teknologi yang mengerti teknologi digital sehingga kita bisa menyediakan produk dan layanan," katanya. Bagi generasi tua, Bank Jago juga berupaya melakukan edukasi untuk meningkatkan kepercayaan dalam bertransaksi perbankan secara Syariah IndonesiaAchmad Syafii, Direktur Teknologi Informasi dan Operasional BSI menyampaikan perusahaan memiliki strategi Bionic Banking. Layanan perbankan ini terbagi menjadi layanan yang bersifat Less -Complex sederhana, artinya produk-produk yang bisa dilakukan dengan cara sederhana dialihkan menjadi digital, yaitu melalui Mobile Banking. Kedua, mengoperasikan layanan yang bersifat kompleks."Untuk layanan less complex, mulai dari layanan onboarding atau pembukaan rekening di awal dilakukan secara biometrik. Jadi calon nasabah tidak perlu datang lagi ke cabang," kata menyaradi bahwa aktivitas perbankan digital sepenuhnya harus didukung oleh proses yang ada di belakang. Dalam hal ini, aplikasi digital turut menjadi andalan.

Liputan6com, Jakarta - PT Anabatic Digital Raya yang merupaka Sub Holding dari PT Anabatic Technologies Tbk, dan Huawei Indonesia dorong perbankan untuk meningkatkan Private Cloud guna memenuhi kebutuhan transaksi digital yang terus meningkat di tengah pandemi covid-19. Pandemi Covid-19 dan berbagai intervensi pembatasan sosial yang diperlukan untuk menekan penyebaran virus Covid-19 berdampak

Sistem kami menemukan 8 jawaban utk pertanyaan TTS perbankan. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS Teka Teki Silang populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Masukkan juga jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Gunakan tanda tanya ? untuk huruf yang tidak diketahui. Contoh J?W?B
Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS aktivitas perbankan. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Seluruh aktivitas perbankan hingga selesainya proses transaksi: KEGIATAN: Aktivitas: HOBI: Aktivitas Kegemaran: ACARA: Kegiatan

JAKARTA, - Transaksi perbankan secara digital terus tumbuh pesat selama beberapa tahun terakhir, seiring dengan semakin tingginya angka adopsi teknologi informasi di kalangan masyarakat. Data Bank Indonesia BI hingga Mei 2022 menunjukkan, transaksi perbankan secara digital masih tumbuh pesat, yakni sebesar 20,82 persen year on year/yoy menjadi Rp triliun. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat seiring meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja secara daring, perluasan dan kemudahan sistem pembayaran digital. "Serta akselerasi digital banking," ujar dia, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis 23/6/2022. Baca juga Digugat Irjanto Ongko, Ketua Satgas BLBI Kami Hadapi... Di tengah fenomena pesatnya pertumbuhan transaksi bank secara digital, transaksi perbankan menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit tercatat masih mengalami pertumbuhan meskipun tidak secepat transaksi digital. Bank sentral mencatat, pada Mei 2022 nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit hanya mengalami peningkatan 5,43 persen secara yoy menjadi Rp 630,9 triliun. "Bank Indonesia terus mendorong akselerasi digitalisasi sistem pembayaran untuk memperkuat ekosistem ekonomi dan keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi," tutur juga Waspada Penipuan Bermodus Soceng, Ini Cara Menghindarinya Komitmen Bank Indonesia Untuk mendorong inovasi sistem pembayaran, Perry menyebutkan, BI akan terus memastikan implementasi Standar Nasional Open API Pembayaran SNAP khususnya Penyedia Jasa Pembayaran PJP first mover dapat berjalan dengan lancar. Adapun jumlah uang kartal yang diedarkan UYD pada Mei 2022 meningkat 8,97 persen secara yoy mencapai Rp 927,6 triliun. "Bank Indonesia terus memastikan ketersediaan uang Rupiah dengan kualitas yang terjaga di seluruh wilayah NKRI, antara lain melalui penguatan dan perluasan kerja sama dengan lembaga terkait dalam distribusi uang Rupiah ke daerah 3T Terluar, Terdepan, Terpencil," ujar dia. Selain itu, BI memperpanjang tarif layanan sistem kliring nasional SKNBI maksimal Rp per transaksi dari bank ke nasabah dari semula akan berakhir pada 30 Juni 2022 menjadi 31 Desember 2022. “Melanjutkan masa berlaku kebijakan tarif SKNBI sebesar Rp1 dari Bank Indonesia ke bank dan maksimum Rp dari bank kepada nasabah, dari semula berakhir 30 Juni 2022 menjadi sampai dengan 31 Desember 2022,” ucap Perry. Baca juga YLKI Sarankan Layanan COD Dihapus, Ini Respons Tokopedia hingga Shopee Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mencatat peningkatan transaksi perbankan hingga 50 persen menggunakan BNI Mobile Banking.Peningkatan ini memperlihatkan adanya kenaikan tingkat kenyamanan masyarakat dalam menggunakan layanan digital.. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati di Jakarta, Minggu, 23 Mei 2021.
Masalah dalam penenilitian ini adalah apakah dengan pembayaran melalui Letter of Credit L/C dapat memperlancar transaksi perdagangan Internasional pada PT. JUIFA International Foods, dan bagaimana bentuk Letter of Credit L/C yang sesuai dengan transaksi perdagangan Internasional pada PT. JUIFA International Foods. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mekanisme pembayaran melalui Letter of credit L/C dalam transaksi ekspor import pada PT. JUIFA International Foods, dan untuk mengetahui apakah melalui pembayaran letter of credit L/C bisa lebih efektif dalam transaksi ekspor import pada PT. JUIFA International Foods. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriftif yaitu analisis yang digunakan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul tentang bagaimana mekanisme pembayaran dengan instrument Letter of Credit dalam transaksi ekspor import pada PT. JUIFA International Foods. Hasil penelitian menunjukkan bahwa L/C Sebagai alat atau instrumen yang memudahkan transaksi perdagangan internasional pada PT. JUIFA International Foods. L/C memiliki manfaat dan kegunaan bagi pihak eksportir dan juga bagi pihak importir. Kunci sukses penanganan Letter of Credit adalah dengan adanya prinsip kehati-hatian, ketelitian dan kedisiplinan semua pihak yang terlibat dalam menangani setiap proses yang dilalui. Terwujudnya keuntungan yang maksimal bagi para pihak secara timbal balik merupakan salah satu tujuan utama dari transaksi yang diadakan sehingga hasil baru akan nyata apabila cara pembayaran yang ditempuh cukup baik dan terjamin. Pada umumnya cara yang baik dan terjamin yang lazim ditempuh dalam perdagangan luar negeri adalah cara pembayaran yang tidak langsung dalam arti melalui aktifitas perbankan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeZaned Zihan Sosa Elsera LubisM. NurSanusi SanusiLetter of Credit is one of the payment instruments in international business transactions. Based on the agreement to issue a Letter of Credit, the Letter of Credit is issued by the issuing bank at the request of the applicant as the importer. The Letter of Credit agreement that is used by banks, in general, is a standard agreement that the clause has been prepared in advance by the bank. The imbalance in the standard agreement can be used by parties whose bargaining position is stronger to abuse the situation. The purpose of this study is to analyze national law and international law related to the issuance of the Letter of Credit. The next objective is to analyze the application of the principle of balance in the agreement to issue the Letter of Credit as an international business transaction. The type of research used is normative legal research using a statutory approach, the sources of legal materials used based on library research are analyzed qualitatively. The results of the study revealed that whether the principle of balance in the Letter of Credit issuance agreement had been realized in the practice of international business transactions. Letter of Credit adalah salah satu instrumen pembayaran dalam transaksi bisnis internasional. Atas dasar perjanjian penerbitan Letter of Credit maka Letter of Credit diterbitkan oleh bank penerbit atas permintaan pemohon selaku importir. Perjanjian penerbitan Letter of Credit yang dipakai perbankan pada umumnya adalah perjanjian baku yang klausulanya telah disusun sebelumnya oleh bank. Ketidakseimbangan dalam perjanjian baku dapat dimanfaatkan oleh pihak yang bargaining position-nya lebih kuat untuk melakukan penyalahgunaan keadaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hukum nasional dan hukum internasional yang terkait dengan penerbitan Letter of Credit. Tujuan selanjutnya adalah untuk menganalisis penerapan asas keseimbangan dalam perjanjian penerbitan Letter of Credit sebagai transaksi bisnis internasional. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan memakai pendekatan perundang-undangan, sumber bahan hukum yang digunakan berdasarkan penelitian kepustakaan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa apakah asas keseimbangan dalam perjanjian penerbitan Letter of Credit telah terwujud dalam praktik transaksi bisnis has not been able to resolve any references for this publication.
TransaksiPerbankan. Wawasan Bisnis. Tetap update dengan wawasan pasar serta industri terkini melalui artikel pemikiran kepemimpinan (thought leadership), lembar putih (white paper), video, dan pusat pengetahuan kami yang didedikasikan untuk customer treasury. Wawasan Bisnis.

Transaksi keuangan dalam perusahaan terjadi dikarenakan aktivitas yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan dalam pertukaran ekonomi dengan pihak-pihak eksternal. Transaksi keuangan harus dikontrol untuk mengendalikan terjadinya perlakuan yang tidak bertanggung jawab dari divisi masing-masing. Untuk mengumpulkan dan mengolah data dibutuhkan adanya sistem pengolah transaksi Transaction Processing System atau yang disingkat TPS. TPS menyajikan informasi atau laporan yang bersifat baku dan standar dalam pembuatan keputusan yang terstuktur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang sistem transaksi keuangan yang terjadi di bank PT. Bank Central Asia Tbk BCA. Sistem pengolah transaksi keuangan dunia perbankan memberikan kemudahan serta kenyamanan dalam proses pelayanan kepada nasabah. Teknik pembahasan yang digunakan adalah dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencari berbagai sumber dari jurnal, e-book, dan internet. Dalam adanya sistem transaksi yang terdapat di bank BCA akan memudahkan masyarakat dalam proses bertransaksi, akurasi data lebih akurat, penghematan biaya dan waktu, serta efisiensi dalam melakukan suatu bisnis. Kata kunci Transaksi Keuangan, Pelayanan Perbankan, Proses Digitalisasi Transaksi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Analisis Sistem Pengolah Transaksi Keuangan pada PT Bank Central Asia Tbk Raihan Abid Rahman1, Hasan2, Nadila Puspa3, Cikal Tri Andinie4 rraihan568 asankahasan47 puspanadila9 cikaltriand Universitas Mercu Buana, Jakarta1, Universitas Mercu Buana, Jakarta2, Universitas Mercu Buana, Jakarta3, Universitas Mercu Buana, Jakarta4, Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Bisnis 2021 Abstrak Transaksi keuangan dalam perusahaan terjadi dikarenakan aktivitas yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan dalam pertukaran ekonomi dengan pihak-pihak eksternal. Transaksi keuangan harus dikontrol untuk mengendalikan terjadinya perlakuan yang tidak bertanggung jawab dari divisi masing-masing. Untuk mengumpulkan dan mengolah data dibutuhkan adanya sistem pengolah transaksi Transaction Processing System atau yang disingkat TPS. TPS menyajikan informasi atau laporan yang bersifat baku dan standar dalam pembuatan keputusan yang terstuktur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang sistem transaksi keuangan yang terjadi di bank PT. Bank Central Asia Tbk BCA. Sistem pengolah transaksi keuangan dunia perbankan memberikan kemudahan serta kenyamanan dalam proses pelayanan kepada nasabah. Teknik pembahasan yang digunakan adalah dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencari berbagai sumber dari jurnal, e-book, dan internet. Dalam adanya sistem transaksi yang terdapat di bank BCA akan memudahkan masyarakat dalam proses bertransaksi, akurasi data lebih akurat, penghematan biaya dan waktu, serta efisiensi dalam melakukan suatu bisnis. Kata kunci Transaksi Keuangan, Pelayanan Perbankan, Proses Digitalisasi Transaksi. Abstract Financial transactions within the company occur due to activities related to parties outside the company in economic exchange with external parties. Financial transactions must be controlled to control the occurrence of irresponsible treatment from each division. To collect and process data, it is necessary to have a transaction processing system or abbreviated as TPS. TPS presents information or reports that are standard and standard in making structured decisions. The purpose of this study is to find out about the system of financial transactions that occur in the bank PT. Bank Central Asia Tbk BCA. The financial transaction processing system in the banking world provides convenience and comfort in the service process to customers. The discussion technique used is descriptive method. Data collection techniques were carried out by looking for various sources from journals, e-books, and the internet. The existence of a transaction system at BCA bank will facilitate the public in the transaction process, more accurate data accuracy, cost and time savings, as well as efficiency in conducting a business. Keywords Financial Transactions, Banking Services, Transaction Digitization Process. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem Pemprosesan Transaksi Transaction Processing System yang disingkat TPS adalah sistem yang menjadi pintu utama dalam pengumpulan dan pengolahan data pada suatu organisasi. Sistem yang berinteraksi langsung dengan sumber data misalnya pelanggan adalah sistem pengolah transaksi, dimana data transaksi sehari hari yang mendukung operasional organisasi dilakukan. Tugas utama TPS adalah mengumpulkan dan mempersiapkan data untuk keperluan sistem informasi yang lain dalam organisasi, misalnya untuk kebutuhan sistem informasi manajemen, atau kebutuhan sistem informasi eksekutif. Perkembangan teknologi dan digitalisasi yang semakin ceoat telah mengubah pola perilaku dan transaksi nasabah. Saat ini masyarakat semakin mengandalkan platform digital dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, termsuk dalam melakukan transaksi perbankan. Sejalan dengan tren ini, perilaku nasabah BCA juga mengalami pergeseran preferensi dalam bertransaksi dari layanan kantor cabang menuju layanan internet dan mobile banking. Pada tahun 2020, transaksi BCA telah dilakukan melalui kanal digital dan elektronik. Teknik pengolahan data yang biasa diperoleh ada empat macam, yaitu 1. Batch Processing 2. Online Processing 3. Real-time Processing 4. Inline Processing Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka penulis mencoba merumuskan masalah dalam penelitian yaitu bagaimana penerapan sistem pengolah transaksi keuangan pada PT. Bank Central Asia Tbk. Tujuan Tujuan ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara PT Bank Central Asia Tbk mengolah transaksi keuangannya. BAB II LITERATUR TEORI 1. Pengeretian Sistem Pengolah Transaksi Keuangan Sistem pengolah transaksi berasal dari istilah Transaction Processing System TPS adalah bentuk sistem informasi paling sederhana karena fungsinya adalah mencatat data, memproses data, dan menghasilkan informasi baku. Sistem pemrosesan transaksi SPT selalu dimiliki oleh entitas perusahaan, organisasi, instansi pemerintah. Sistem pengolah transaksi hampir selalu dimiliki oleh suatu perusahaan, organisasi, instansi pemerintah karena dalam suatu perusahaan atau organisasi, transaksi yang terjadi harus dicatat. Sebuah transaksi kadangkala juga disebut LUW Logical Unit of Work, yang merupakan sederetan operasi yang berkedudukan sebagai satu kesatuan proses. Seluruh transaksi dianggap sukses, jika semua operasi berhasil dengan sukses dan perubahan disimpan dalam database. Seluruh transaksi dianggap gagal, jika ada satu operasi yang gagal dan perubahan tidak akan disimpan ke dalam database dan jika transaksi gagal, perubahan akan dihapus dari tabel dan diganti dengan nilai-nilai aslinya. Sistem Pemrosesan Transaksi atau Transaction Processing System adalah bagian dari sistem informasi yang merupakan sebuah sistem yang menjalankan dan mencatat transaksi rutin harian yang diperlukan untuk menjalankan bisnis. Contohnya adalah seperti memasukkan pesanan penjualan, pemesanan hotel, penggajian, pencatatan karyawan dan pengiriman. Tujuan utama dari sistem pada tingkat ini adalah untuk menjawab pertanyaan rutin dan melacak arus transaksi yang melalui organisasi. Pada tingkat operasional, tugas, sumber daya, dan tujuan ditentukan sebelumnya dan sangat terstruktur. Keputusan untuk memberikan kredit kepada pelanggan, contohnya, dilakukan oleh pengawas tingkat yang lebih rendah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Sistem Pemrosesan Transaksi juga merupakan pembuat utama informasi bagi jenis sistem lainnya. Sistem Pemrosesan transaksi seringkali sangat penting bagi bisnis sehingga kegagalan sistem selama beberapa jam dapat mengakibatkan kejatuhan perusahaan dan mungkin perusahaan lain yang berhubungan dengannya. 2. Karakteristik Sistem Pemrosesan Transaksi Sistem pemrosesan transaksi sangat diperlukan oleh setiap perusahaan, orgsnisasi, instansi pemerintah, atau institusi apapun untuk mengolah data – data induk dan transaksi. Bila perusahaan dapat membangun sistem pemrosesan transaksi dengan baik, maka perusahaan juga dapat memanfaatkanya dengan baik juga. SPT memeiliki karakteristik yaitu • SPT berfungsi mencatat data ke dalam basis data. Data yang dicatat meliputi data induk dan data transaksi. Data induk adalah data yang lengkap dan dapat berdiri sendiri, misalnya data pegawai, dat barang dagangan dan data pelanggan. Data transaksi adalah data yang digunakan untuk mencatat transaksi. Transaksi dalah berbagai perubahan atau peristiwa yang terjadi di perusahaan. • SPT digunakan oleh para pemakai akhir end user, yang terdiri dari operator misalnya kasir, teller bank dan resepsionis hotel atau para manajer pelaksana. • SPT menyajikan informasi atau laporan yang bersifat baku atu standar tidak mengandung banyak variasi. Contoh kasir hanya menyediakan nota penjualan yang terdiri dari secarik kertas, begitu juga dengan informasi yang dihasilkan oleh ATM. • SPT diperlukan hampir setiap hari, karena dlam suatu perusahaan transaksi selalu terjadi dan setiap transaksi yang terjadi harus dicatat. • SPT berguna untuk pembuatan keputusan yang terstruktur. keputusan yang terstruktur adalah keputusan yang timbul karena masalah yang sudah jelas dan jalan keluar juga jelas. Contoh penjualan tiket pesawat, pelayanan bank melalui ATM, pencatatan tagihan telepon. • SPT memerlukan perangkat input dan output yang sangat bervariasi mulai dari komputer, mesin ATM, telpon dan perankat lain yang dalam masa depan akan semakin bervariasi dan mudah digunakan. 3. Jenis Pemrosesan Transaksi - Pemrosesan tumpuk Batch Processing Data ditumpuk dulu dalam rentang waktu tertentu, baru kemudian diproses, misalnya data dikumpulkan antara jam 800 sampai dengan jam 1200, kemudian diproses mulai jam 1400 sampai dengan jam 1700. - Pemrosesan seketika Online Processing Data yang diperoleh dari sumber data langsung diproses pada saat diterima, yang mungkin terjadi adalah antrian data untuk menunggu giliran, misalnya pemrosesan yang dilakukan pada saat melakukan transaksi online di depan teller bank. - Pemrosesan sesuai waktu Real-time Processing Pemrosesan data tidak boleh ditunda karena waktu sangat kritis, penundaan pengolahan dapat mengakibatkan sesuatu yang fatal. Misalnya pengolahan data hasil pemantauan aktivitas gunung berapi. - Pemrosesan hibrid inline Perpaduan antara batch dan online. Misalnya pengolahan transaksi di supermarket, dimaa transaksi penjualan melalui POS point of sale langsung dilakukan online, tetapi pengolahan lebih lanjut tentang persediaan barang dilakukan setiap jam 1000 malam. Perbedaan pemrosesan Batch dengan Online Data transaksi direkam, dikumpulkan, di urutkan dan di proses secara periodik Transaksi diproses seketika Beberapa jam atau hari setelah tumpukan di kirim atau di proses Beberapa detik setelah transaksi di prose 4. Tinjauan Bisnis Perbankan Transaksi Saat ini, lebih dari nasabah bisnis BCA telah menggunakan API BCA untuk meningkatkan layanan operasional bisnis mereka, dan diharapkan akan terus meningkat jumlahnya seiring dengan pengembangan produk-produk yang dilakukan. Adapun sektor-sektor yang dominan menggunakan API adalah e-commerce, pendidikan dan UMKM. Ke depan, BCA akan terus membangun kemitraan dan kolaborasi dengan para pelaku bisnis di berbagai sektor guna mendukung pertumbuhan bisnis secara keseluruhan. BCA terus mendukung pelaksanaan program pemerintah Gerbang Pembayaran Nasional GPN untuk transaksi domestik melalui kartu debit BCA GPN, disamping juga menawarkan kartu debit Mastercard BCA untuk transaksi internasional melalui jaringan ATM dan merchant internasional dari Mastercard. Seluruh kartu debit BCA telah dilengkapi dengan National Standard Chip Card Specification NSICCS sesuai ketentuan regulator. Pada tahun 2020, Kartu Debit BCA Mastercard dapat digunakan untuk transaksi online, dengan aktivasi fitur keamanan yang diintegrasikan dengan BCA mobile, sehingga nasabah dapat menjaga keamanan rekeningnya setiap saat. Di masa mendatang, Perbankan Korporasi akan terus berfokus pada beberapa sektor industri yang memiliki potensi besar, seperti sektor kesehatan, transportasi dan logistik, e-commerce dan properti & bahan bangunan. Selain itu, mempertimbangkan dampak dari COVID-19 dan pemberlakuan PSBB yang begitu luas, BCA akan terus membangun kolaborasi dengan nasabah korporasi, yang mengutamakan pemanfaatan dari platform digital Bank, termasuk dalam hal pembukaan rekening, pembayaran, pengembangan API dan virtual account VA. Bank akan terus memperkuat rantai bisnis nasabah yang menyeluruh, mulai dari perusahaan korporasi hingga nasabah individu. Pengembangan yang berkesinambungan dalam ekosistem perbankan digital juga akan mendukung interaksi yang lebih erat dengan nasabah, sehingga memungkinkan penawaran produk dan solusi yang lebih komprehensif. BCA berharap bahwa permintaan kredit akan mulai tumbuh pada semester kedua tahun 2021, sehingga memberikan peluang yang baru bagi Bank di masa mendatang. Memperkuat Francshie Perbankan Transaksi melalui Digitalisasi Bank meluncurkan aplikasi berbasis mobile pada tahun 2019, bernama Welma, untuk memenuhi kebutuhan nasabah atas produk-produk investasi dan informasi tentang produk proteksi. Melalui aplikasi Welma, nasabah dapat melakukan transaksi dengan lebih nyaman, memantau produk investasi seperti reksa dana dan obligasi, serta memperoleh informasi tentang asuransi dan produk lainnya. Di tahun 2020, BCA menyempurnakan fitur pembukaan rekening secara online. Selama masa pandemi, masyarakat didorong untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, sehingga banyak yang memilih melakukan transaksi dan pembayaran dari rumah melalui beragam perangkat yang dimiliki. Situasi ini mendorong perubahan perilaku nasabah dan interaksi mereka dengan jaringan dan kanal perbankan BCA, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Seiring ditutupnya beberapa kantor cabang di triwulan kedua tahun 2020 karena PSBB, pembukaan rekening secara online mengalami peningkatan yang signifikan, dengan pertumbuhan month on month tertinggi mencapai 37,0% terjadi di bulan Juni 2020. Di triwulan terakhir tahun 2020, BCA meluncurkan fitur Lifestyle di aplikasi BCA mobile. Pengembangan tahap pertama dari fitur Lifestyle ini memungkinkan nasabah BCA membeli tiket pesawat & kereta api, game voucher serta melakukan reservasi hotel. Ke depannya, BCA akan terus melakukan penyempurnaan dan mengembangkan fitur Lifestyle lainnya guna melengkapi layanan dan memenuhi kebutuhan nasabah lebih luas lagi. BAB III PEMBAHASAN Dalam mendukung transaksi antar nasabah melalui aplikasi BCA mobile dan Sakuku, Bank memanfaatkan fitur Quick Response QR code. BCA juga menerapkan teknologi QR Indonesia Standard QRIS untuk memfasilitasi pembayaran kepada para merchant. Selain itu, BCA memiliki fitur Virtual Assistant Chat Banking VIRA yang memberikan informasi secara interaktif dan real time, baik informasi finansial maupun non-finansial, dengan menggunakan teknologi Chatbot yang dikembangkan melalui machine learning. Bank telah memperkenalkan fitur OneKlik yang menyederhanakan proses pembayaran belanja online menjadi semakin cepat dan mudah, dengan sumber dana yang berasal dari rekening BCA. OneKlik diharapkan semakin memberikan seamless experience bagi pengguna dan banyak digunakan untuk top-up uang elektronik pada berbagai aplikasi digital. Hal ini menjadi alternatif dari Virtual Account yang lebih dulu diperkenalkan kepada publik dan mempermudah dalam proses rekonsiliasi bagi merchant atau mitra untuk operasional pembayaran dari konsumen. Melihat respon positif masyarakat terhadap pengembangan yang dilakukan oleh Bank di bidang produk dan layanan perbankan transaksi, BCA optimis mampu memanfaatkan potensi pasar domestik yang sangat besar. Bank akan terus meningkatkan bisnis intinya terutama dalam perbankan transaksi berbasis digital untuk mendukung pertumbuhan nasabah, transaksi dan bisnis secara berkelanjutan. BCA akan terus mengembangkan platform perbankan yang dimiliki agar selaras dengan tren dan dinamika pasar yang tetap sejalan dengan ketentuan regulator. Upaya memperluas akses atas produk dan layanan melalui platform digital, dan meningkatkan kapabilitas dan kapasitas jaringan perbankan digital agar semakin terkoneksi dengan berbagai ekosistem & platform pembayaran terus dilakukan. Selain itu, Bank juga akan terus meningkatkan kualitas customer experience melalui pemanfaatan teknologi informasi dan standardisasi layanan. Pergeseran perilaku nasabah telah mengubah cara mereka bertransaksi. Saat ini, e-commerce telah menjadi one-stop shop, dimana nasabah dapat membeli segala kebutuhannya dimulai dari kebutuhan pokok sehari-hari hingga barang barang elektronik, gadget dan produk lifestyle lainnya. Sebagai akibatnya, jumlah transaksi e-commerce meningkat dari 471,3 juta di tahun 2019 menjadi 626,2 juta di tahun 2020. Pendapatan fee based dari Virtual Account juga meningkat sebesar 12,7% di tahun 2020. Seiring pertumbuhan bisnis e-commerce, BCA terus mengkaji peluang untuk menyalurkan kredit ke merchant di sektor e-commerce. BCA juga memfokuskan pengembangan perbankan transaksi korporasi melalui Corporate Transaction Group, yang memiliki peran penting dalam menunjang pertumbuhan pendapatan fee based dan CASA secara berkesinambungan. Corporate Transaction Group bertugas memberikan solusi perbankan transaksi bagi nasabah korporasi dan menjaga flow of funds melalui implementasi solusi yang dibutuhkan oleh nasabah korporasi, seperti transaksi foreign exchange, Quick Response Code Indonesia Standard QRIS dan electronic direct mandate. BAB IV KESIMPULAN Peranan yang penting sebagai keberhasilan karena sebagai sistem penunjang operasi dan sebagai sistem penunjang manajemen. Keuntungan dan kenyamanan bertransaksi melalui m-BCA, merupakan layanan perbankan yang mudah, praktis, aman dan user friendly. Mudah, nasabah dapat bertransaksi dengan menu yang ada, dan tidak perlu memiliki keterampilan khusus untuk menggunakannya. Praktis, nasabah dapat langsung bertransaksi perbankan melaui ponsel kapan saja dan dimana saja. Aman, m-BCA dilengkapi dengan sistem proteksi yang maksimal. Selain menggunakan PIN yang dipilih sendiri dan nomor ponsel yang nasabah daftrakan, setiap transaksi yang dilakukan juga akan di encrypt diacak untuk menjamin keamanan transaksi nasabah. User friendly, menu m-BCA dirancang sedemikian rupa sehingga mudah diguakan oleh siapa saja. Nasabah perlu memilih jenis transaksi dari menu yang sudah tersedia, sehingga tidak perlu mengingat/menghafal kode transaksi yang ingin dilakukan. Nyaman, melaui m-BCA nasabah seperti memiliki TM BCA pribadi dalam genggaman tangan nasabah, karena berbagai transaksi yang dapat dilakukan di ATM BCA dapat dilakukan melalui m-BCA kecuali penarikan tunai. BCA senantiasa menawarkan solusi perbankan transaksi yang komprehensif bagi masing-masing segmen nasabah, baik bisnis maupun individu. Layanan ini didukung oleh jaringan transaksi multi-channel yang andal yang mengintegrasikan kantor cabang, ATM, mobile & internet banking, serta platform digital lainnya. Seiring dengan perkembangan kebutuhan nasabah dan teknologi, BCA terus meningkatkan fitur-fitur dan fasilitas dari solusi perbankan transaksi, termasuk layanan transaksi korporasi. Bank menawarkan solusi payment dan collection, baik Business to Business B2B maupun Business to Customer B2C, dengan menitikberatkan pada upaya untuk menghubungkan bisnis-bisnis nasabah yang berada dalam satu rantai bisnis, mulai dari pemasok hingga distributor di dalam berbagai komunitas bisnis. DAFTAR PUSTAKA Putra, Y. M., 2021. Sistem Pengolah Transaksi Keuangan. Modul Kuliah Sistem Informasi Akuntansi Jakarta FEB-Universitas Mercu Buana. Choiriah, S., & Sudibyo, 2020. Competitive Advantage, Organizational Culture and Sustainable Leadership on the success of Management Accounting Information System Implementation. Fuadah, H., & Setiyawati, H. 2020. The EFFECT OF THE IMPLEMENTATION OF TRANSPARENCY AND ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM ON THE QUALITY OF FINANCIAL REPORTS. IJO-International Journal of Business Management, 311, 01-12. Hanifah, S., Sarpingah, S., & Putra, Y. M. 2020. The Effect of Level of Education, Accounting Knowledge, and Utilization Of Information Technology Toward Quality The Quality of MSME’s Financial Reports. In The 1st Annual Conference Economics, Business, And Social Sciences ACEBISS 2019 Vol. 1, No. 3. Wera. 2020. Implementasi Sistem Pengolahan Transaksi Keuangan Pada PT Bank Central Asia, Tbk. Jakarta Universitas Mercu Buana PT Bank Central Asia, Tbk., 2020 – Putra, Y. M. 2019. Analysis of Factor Affecting the Interest of SMEs Using Accounting Applications. Journal of Economics and Business, 23, 818-826. Susanto, A. 2018, June. The Influence of information Technology on the Quality of Accounting Information System. In Proceedings of the 2018 2nd High Performance Computing and Cluster Technologies Conference pp. 109-115. Iskandar, D. 2015. Analysis of Factors affecting the success of the application of accounting information system. International Journal of scientific & Technology research, 42, 155-162. Zulkifli Amsyah, 2005, Manajemen Sistem Informasi, PT. GramediaPustaka Utama, Jakarta. M. Scott, 2004, Prinsip-prinsp Sistem Informasi Manajemen, Rajagrafindo Persada, Jakarta. Abdul Kadir, 2003, Pengenalan Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta. Siagian, Sondang P, 2001, Sistem Informasi Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta. Sutarman, 2012, Pengantar Teknologi Informasi, Bumi Aksara, Jakarta ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Meiryani BongA. SusantoInformation technology is factor which can improve the quality of accounting information systems. In Indonesia, this phenomenon happens in many organizations showing that there is disintegrated accounting information systems which then causes unqualified accounting information. This research was carried out in order to find out fact through examination presenting in the influence of Information technology towards accounting information system. Data used in this research were gained through survey by distributing questionnaires to company in emerging market. The data were then managed statistically by applying SEM PLS. Research method used was explanatory research. The result of this study shows that the problem in unqualified accounting information system occurs due to the Information technology is not entirely good as Advantage, Organizational Culture and Sustainable Leadership on the success of Management Accounting Information System ImplementationS ChoiriahY A SudibyoChoiriah, S., & Sudibyo, 2020. Competitive Advantage, Organizational Culture and Sustainable Leadership on the success of Management Accounting Information System FuadahH SetiyawatiFuadah, H., & Setiyawati, H. 2020. The EFFECT OF THE IMPLEMENTATION OF TRANSPARENCY AND ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM ON THE QUALITY OF FINANCIAL REPORTS. IJO-International Journal of Business Management, 311, Effect of Level of Education, Accounting Knowledge, and Utilization Of Information Technology Toward Quality The Quality of MSME's Financial ReportsS HanifahS SarpingahY M PutraHanifah, S., Sarpingah, S., & Putra, Y. M. 2020. The Effect of Level of Education, Accounting Knowledge, and Utilization Of Information Technology Toward Quality The Quality of MSME's Financial Reports. In The 1 st Annual Conference Economics, Business, And Social Sciences ACEBISS 2019 Vol. 1, No. 3.Analysis of Factors affecting the success of the application of accounting information systemD IskandarIskandar, D. 2015. Analysis of Factors affecting the success of the application of accounting information system. International Journal of scientific & Technology research, 42, Informasi ManajemenSondang P SiagianSiagian, Sondang P, 2001, Sistem Informasi Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta. Sutarman, 2012, Pengantar Teknologi Informasi, Bumi Aksara, Jakarta

Selainitu, terdapat beberapa indikator umum yang termasuk dalam Transaksi Keuangan Mencurigakan, antara lain: Tidak memiliki tujuan ekonomi dan bisnis yang jelas; Menggunakan uang tunai dalam jumlah yang relatif besar dan/atau dilakukan secara berulang-ulang di luar kewajaran; atau; Aktivitas Transaksi nasabah di luar kebiasaan dan kewajaran.

NilaiJawabanSoal/Petunjuk KLIRING Seluruh aktivitas perbankan hingga selesainya proses transaksi SEMUA Seluruh SEMESTA Seluruh OLAH Proses SAMPAI Hingga KEGIATAN Aktivitas SEGALA Seluruh FUFU Proses pengolahan ikan dengan cara diasapi hingga mengeras CEMANI Jenis ayam yang seluruh tubuhnya berwarna hitam hingga ke tulang-tulangnya OPERASI 1 bedah, bedel; 2 aktivitas, kampanye, kerja, praktik, proses, aplikasi; IDR Kode mata uang kita di perbankan dan bisnis seluruh dunia singkatan/Inggris KALSINASI Proses pemanasan suatu benda hingga,temperaturnya tinggi, tetapi masih di bawah titik lebur PENYUSUTAN Proses, cara, perbuatan menyusutkan ~ anggaran belanja negara disetujui seluruh anggota DPR; SWAPEMURNIAN Kim upaya pemurnian air dari zat pencemar yang terkandung di dalamnya oleh proses alamiah tanpa adanya pengaruh aktivitas manusia PENGGUNDULAN 1 proses,cara, perbuatan menggunduli atau menggundulkan ~ mahasiwa-mahasiswa baru sudah dimulai; 2 penebangan pohon-pohon hingga habis erosi karena ~ hutan mengakibatkan kekeringan air sungai ProsesManajemen Risiko. Tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang berpotensi merugikan Bank. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam menerapkan identifikasi risiko antara lain: Mencakup seluruh aktivitas fungsional (kegiatan operasional)
ABSTRAK Pada sektor jasa keuangan khususnya perbankan, akselerasi transformasi digital diharapkan menjadi alternatif pasca pandemi Covid-19 untuk mendorong perbaikan kinerja, pecepatan akses keuangan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam perkembangannya, saat ini interaksi dan transaksi keuangan sangat mengandalkan teknologi, sebagaimana produk-produk berbasis teknologi digital seperti e-money, e-wallet, internet banking dan mobile banking. Selain itu, semakin bermunculannya perusahaan berbasis aplikasi e-commerce, seperti perusahaan Tokopedia dan Gojek menyediakan fitur-fitur yang memungkinkan terjadinya layanan yang lebih cepat, lebih baik dan lebih murah cheaper-better-faster membuat perbankan dan perusahaan fincancial technology fintech perlu mulai adaptif terhadap percepatan perubahan ke arah digital. Namun demikian, proses transformasi digital juga perlu didukung dengan mitigasi risiko yang memadai dan memerlukan dukungan kebijakan, serta peran pengawasan aktif dari Otoritas Jasa Keuangan OJK dan Bank Indonesia BI selaku regulator, sehingga proses transformasi digital dari perijinan, kerjasama business to business sampai dengan pengawasan atas mitigasi risiko yang diterapkan lembaga jasa keuangan mampu mengawal proses transformasi digital secara aman tanpa mengesampingkan aspek prudensial. Kata kunci Covid-19; fintech; transformasi digital ABSTRACT In the financial services sector, especially banking, the acceleration of digital transformation is expected to be an alternative after the Covid-19 pandemic to encourage improved performance, accelerated access to finance and national economic growth. In its development, currently financial interactions and transactions rely heavily on technology, as are digital technology-based products such as e-money, e-wallet, internet banking and mobile banking. In addition, the emergence of application-based companies e-commerce, such as Tokopedia and Gojek companies providing features that enable faster, better and cheaper services cheaper-better-faster make banking and fintech companies need to start adaptive to the acceleration of change towards digital. However, the digital transformation process also needs to be supported by adequate risk mitigation and requires policy support, as well as an active supervisory role from the Financial Services Authority OJK and Bank Indonesia BI as regulators, so that the digital transformation process from licensing, business to business cooperation to the supervision of risk mitigation implemented by financial service institutions that are able to safely oversee the digital transformation process without compromising prudential Covid-19; fintech; digital transformation. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free P a g e 228 228 KESIAPAN PERBANKAN MENUJU TRANSFORMASI DIGITAL PASCA PANDEMI COVID-19 MELALUI FINANCIAL TECHNOLOGY FINTECH BANKING READINESS TOWARDS DIGITAL TRANSFORMATION POST-COVID-19 PANDEMIC THROUGH FINANCIAL TECHNOLOGY FINTECH Satrio RonggoABSTRAK Pada sektor jasa keuangan khususnya perbankan, akselerasi transformasi digital diharapkan menjadi alternatif pasca pandemi Covid-19 untuk mendorong perbaikan kinerja, pecepatan akses keuangan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam perkembangannya, saat ini interaksi dan transaksi keuangan sangat mengandalkan teknologi, sebagaimana produk-produk berbasis teknologi digital seperti e-money, e-wallet, internet banking dan mobile banking. Selain itu, semakin bermunculannya perusahaan berbasis aplikasi e-commerce, seperti perusahaan Tokopedia dan Gojek menyediakan fitur-fitur yang memungkinkan terjadinya layanan yang lebih cepat, lebih baik dan lebih murah cheaper-better-faster membuat perbankan dan perusahaan fincancial technology fintech perlu mulai adaptif terhadap percepatan perubahan ke arah digital. Namun demikian, proses transformasi digital juga perlu didukung dengan mitigasi risiko yang memadai dan memerlukan dukungan kebijakan, serta peran pengawasan aktif dari Otoritas Jasa Keuangan OJK dan Bank Indonesia BI selaku regulator, sehingga proses transformasi digital dari perijinan, kerjasama business to business sampai dengan pengawasan atas mitigasi risiko yang diterapkan lembaga jasa keuangan mampu mengawal proses transformasi digital secara aman tanpa mengesampingkan aspek prudensial. Kata kunci covid-19; fintech; transformasi digital. ABSTRACT In the financial services sector, especially banking, the acceleration of digital transformation is expected to be an alternative after the Covid-19 pandemic to encourage improved performance, accelerated access to finance, and national economic growth. In its development, financial interactions and transactions currently rely heavily on technology, as are digital technology-based products such as e-money, e-wallet, internet banking, and mobile banking. In addition, the emergence of application-based companies e-commerce, such as Tokopedia and Gojek companies providing features that enable faster, better, Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Jalan Banda 42 Bandung, email satrio_tm Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang Jatinangor Kab. Sumedang, email Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang Jatinangor Kab. Sumedang, email JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 Artikel diterima 28 Januari 2022 Artikel diterbitkan 30 Mei 2022 DOI Publikasi Diterbitkan oleh Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Volume 3, Nomor 2, Mei 2022 229 and cheaper services cheaper-better-faster make banking and fintech companies need to start adaptive to the acceleration of change towards digital. However, the digital transformation process also needs to be supported by adequate risk mitigation and requires policy support, as well as an active supervisory role from the Financial Services Authority OJK and Bank Indonesia BI as regulators, so that the digital transformation process from licensing, business to business cooperation to the supervision of risk mitigation implemented by financial service institutions that are able to safely oversee the digital transformation process without compromising prudential aspects. Keywords Covid-19; fintech; digital transformation. PENDAHULUAN Transformasi digital merupakan konsekuensi dari era disrupsi industri sehingga terjadi perubahan model bisnis, serta merombak ekosistem bisnis yang sudah ada menjadi ekosistem baru yang lebih inovatif, kompleks dan dinamis. Transformasi digital menyebabkan organisasi menjadi lebih efektif dan efisien, namun membutuhkan tenaga dan biaya yang signifikan. Di sisi lain, teknologi digital mengurangi perbankan tradisional yang masih menggunakan transaksi secara manual. Hal ini mengakibatkan pemotongan prosedur kerja serta pengurangan tenaga kerja. Kondisi pandemi Covid-19 yang saat ini masih dialami khususnya di Indonesia membuat segala aktivitas termasuk aktivitas transaksi keuangan menjadi terbatas memaksa masyarakat untuk dapat memahami dan menggunakan transaksi keuangan secara digital. Tren persaingan di industri perbankan pun menjadi berubah dari persaingan tradisional, menjadi persaingan digital. Industri perbankan harus menyesuaikan pelayanannya terhadap nasabah di masa pandemi Covid-19. Hal ini sudah selayaknya menjadi perhatian utama dari dunia perbankan dengan cara membuat inovasi digital yang dapat dilakukan melalui fintech yang diterapkan melalui produk-produk secara digital. Fintech memiliki keunggulan dalam kecepatan layanan dan kemudahan menangani pelanggan sehingga ekspektasi dan kebutuhan pelanggan dapat terlayani dengan lancar. Salah satu produk transformasi digital dari dunia perbankan saat ini yang telah tersedia yaitu e-money, e-wallet, internet banking dan mobile banking. Beberapa bank mulai menggunakan berbagai platform media sosial untuk menyampaikan, memperkenalkan dan mensosialisasikan berbagai fitur produk perbankan pada tahun 2010. Perbankan juga membuka layanan keluhan konsumen dan mendorong komunikasi dua arah yang interaktif, sehingga konsumen merasa lebih diperhatikan dan dihormati. Winasis dan Riyanto 2020. Transformasi Digital di Industri Perbankan Indonesia Impak pada Stress Karyawan. Iqtishadia. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah 7 55-64. Anna Marini 2017. The Digital Transformation in Banking and The Role of Fintechs in The New Financial Intermediation Scenario. International Journal Financial Economic. Trade 1-6. Pratiwi EW, Hartono B. 2021. Analisa Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia pada PD BPR Bank BAPAS 69 Kabupaten Magelang. Cap. Jurnal Ekonomi dan Bisnis 4 1-11. P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Volume 3, Nomor 2, Mei 2022 230 Transformasi digital merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat dihindari dan menjadi sesuatu yang penting di kehidupan kita sehari-hari, saat ini beragam penggunaan teknologi bertransformasi dari proses manual menjadi digital, semua bidang dalam hidup kita khususnya penggunaan jasa baik dalam aktivitas jual beli/perdagangan, pemesanan alat transportasi dan hotel maupun aktivitas perbankan/jasa keuangan mulai berubah dan memerlukan layanan yang lebih cepat melalui platform digital. Latar belakang perlu dilakukannya percepatan digital antara lain penggunaan smartphone oleh masyarakat mengubah cara bertransaki dari manual menjadi digital, pelayanan yang lebih cepat dari industri perbankan, serta efisiensi waktu dan biaya baik dari segi operasional perbankan maupun nasabah. Namun demikian, terdapat faktor yang dinilai dapat menghambat terlaksananya transformasi digital, antara lain ketersediaan infrastruktur yang memadai, kesiapan Sumber Daya Manusia SDM, kecukupan biaya operasional, pemahaman dan kemauan masyarakat dalam memahami dan menggunakan produk perbankan secara digital, serta keterbatasan aktivitas masyarakat dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini. Implementasi digitalisasi perbankan tidak akan optimal dan menjangkau konsumen di seluruh wilayah Indonesia, jika infrastruktur dan jaringan internet belum merata. Untuk mengatasi hal ini, Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk melakukan akselerasi transformasi digital sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat dengan menyiapkan roadmap digital Indonesia 2021-2024 yang mencakup empat sektor strategis, yaitu infrastruktur, pemerintahan, ekonomi dan masyarakat digital. Selain hal tersebut, perusahaan berbasis digital e-commerce yang semakin bermunculan, seperti Tokopedia dan Gojek yang menyediakan fitur-fitur layanan digital membuat transaksi keuangan menjadi lebih cepat, lebih baik dan lebih murah cheaper-better-faster. Hal ini semakin mendorong perbankan dan perusahaan financial technology fintech untuk beradaptasi membentuk keuangan digital. Dalam menghadapi transformasi digital ini, perbankan dihadapkan pada perubahan dinamis terhadap 4 empat aspek yaitu data, adopsi teknologi informasi, model bisnis dan regulasi. Keberhasilan Bank dalam menjaga keberlangsungan usahanya akan sangat ditentukan oleh kemampuan melakukan transformasi digital dengan mengelola keempat aspek tersebut dengan baik. Selain perlu memanfaatkan big data dengan baik, perbankan perlu melakukan kemitraan dengan berbagai pelaku usaha digital lainnya seperti e-commerce dan fintech. Kemitraan baru tersebut akan memberikan banyak manfaat baik bagi Bank maupun nasabahnya. Bagi Bank, kemitraan akan memberikan peluang untuk meningkatkan inovasi terhadap produk-produk yang ada, termasuk juga channel untuk menyalurkan P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Volume 3, Nomor 2, Mei 2022 231 produk layanan mereka kepada masyarakat yang jauh lebih luas. Inovasi diperlukan untuk mempercepat transformasi dan mengidentifikasi peluang baru. Kelompok kerja yang sebelumnya didedikasikan untuk transformasi, sekarang fokus pada inovasi teknologi untuk mengatasi disrupsi eksternal. Termasuk adanya pandemic Covid-19 menuntut bisnis baru harus menyesuaikan dengan bisnis model nasabah, kemitraan tersebut akan memudahkan mereka untuk memperoleh produk dan layanan perbankan dimana saja dan kapan saja diperlukan. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh OJK, pada tahun 2021 sejumlah perubahan transaksi perbankan terjadi selama pandemi Covid-19. Transaksi-transaksi yang awalnya banyak dilakukan di kantor cabang kini dilakukan secara digital melalui mobile banking, internet banking, ataupun call center yang digerakkan oleh artificial intelligence. Perubahan transformasi digital ini menyebabkan Bank terus menutup jaringan kantornya. Selain itu, konsumen juga mengurangi transaksi cash menjadi ke arah elektronik. Hal ini tercermin dari data yang dipublikasikan oleh BI dan Statistik Perbankan Indonesia oleh OJK sebagai berikutBerdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa secara umum transaksi perbankan secara digital mengalami peningkatan. Hal tersebut menyebabkan jaringan kantor bank baik Bank Umum maupun BPR mengalami penurunan. Tuntutan digitalisasi perbankan diperkuat oleh berbagai faktor pendorong pengembangan digital bank mengingat perekonomian Indonesia berpotensi besar untuk menyerap arus digitalisasi. Faktor pendorong tersebut tercermin dalam 3 tiga aspek Indayani S, Hartono B. 2020. Analisisi Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Akibat Pandemi Covid-19. Jurnal Perspektif 18 201-208. Otoritas Jasa Keuangan 2021. Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan. P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Volume 3, Nomor 2, Mei 2022 232 utama yaitu peluang digital digital opportunity, perilaku digital digital behavior dan transaksi digital digital transaction. Sejalan dengan upaya bank-bank yang mengarah menjadi digital banking, saat ini perusahaan start up fintech juga semakin banyak bermunculan dengan menghadirkan digitalisasi layanan perbankan. Manfaat dari adanya pelayanan yang diberikan fintech, yaitu 1. Transaksi keuangan lebih mudah, praktis dan cepat; 2. Mendukung peningkatan inklusi keuangan; 3. Perluasan akses keuangan/pendanaan di berbagai wilayah; 4. Membantu pelaku bisnis/UMKM memperoleh modal dan mengelola keuangan; 5. Alternatif pembayaran/pembiayaan selain konvensional; 6. Mempercepat perputaran ekonomi karena kemudahan bertransaksi. Berbagai jenis fintech yang tersedia di Indonesia mengharuskan masyarakat untuk memahami setiap jenis fintech. Berikut merupakan penjelasan dari jenis fintech Di samping membawa peluang kerjasama yang dapat dimanfaatkan oleh industri jasa keuangan, transformasi digital memunculkan tantangan yang perlu diwaspadai. Beberapa tantangan tersebut mencakup pelindungan data pribadi dan risiko kebocoran data, risiko penyalahgunaan teknologi artificial intelligence, risiko serangan siber, risiko alih daya, perlunya dukungan kesiapan tatanan institusi yang berorientasi digital, literasi keuangan digital yang masih rendah, infrastruktur teknologi informasi yang belum merata di Indonesia, dan dukungan kerangka regulasi. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengidentifikasikan masalah 1. Bagaimana kesiapan Bank menuju transformasi digital melalui fintech? 2. Bagaimana peran OJK dan BI sebagai regulator dalam memastikan mitigasi risiko yang timbul dari transformasi digital Bank melalui fintech? Otoritas Jasa Keuangan 2021. Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan. P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Volume 3, Nomor 2, Mei 2022 233 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang sering disebut dengan penelitian kepustakaan. Penelitian ini dilakukan dengan mengutamakan penelitian bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder dan bagaimana implementasinya dalam praktik. Pendekatan yuridis normatif digunakan dalam penelitian ini karena permasalahan yang akan diteliti berkisar pada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bagaimana implementasinya dalam praktik. Sifat penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian hukum ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dari fenomena yang terjadi. Suatu penelitian deskriptif menekankan pada data berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka yang disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Hasil dari penelitian ini hanya mendeskripsikan atau mengkonstruksikan studi literatur terhadap subjek penelitian sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai transformasi digital. Deskriptif terlihat dari permasalahan yang akan dibahas mengenai risiko yang muncul dari kerja sama Bank dan fintech. Data yang penulis gunakan adalah data primer berupa peraturan perundangan, peraturan OJK dan data sekunder berupa data bahan-bahan yang memberikan informasi seperti buku dan literatur lainnya. PEMBAHASAN Kesiapan Perbankan menjadi Bank Digital Perbankan memiliki peran strategis dalam mendukung pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi Covid-19. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh perbankan adalah transformasi digital yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat pada umumnya dalam transaksi keuangan. Untuk merealisasikan transformasi dimaksud, perbankan tentunya harus mengikuti prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Otoritas berwenang. Hal ini bertujuan untuk mitigasi risiko sebagai alat ukur dalam menjalankan produk-produk transformasi digital. Kehadiran transformasi digital dalam industri jasa keuangan memberikan dampak positif terhadap percepatan akses masyarakat untuk mendapatkan produk dan jasa keuangan. Berdasarkan data yang diperoleh dari OJK, terdapat peningkatan akses masyarakat terhadap keuangan digital seperti pertumbuhan peminjam peer-to-peer P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Volume 3, Nomor 2, Mei 2022 234 lending sebesar 29,69 juta peminjam pada akhir tahun 2021, meningkat 68,15% dibandingkan tahun 2020. OJK sebagai otoritas dalam pengaturan dan pengawasan perbankan, saat ini masih mempersiapkan segala aturan yang terkait transformasi digital yang disesuaikan dengan dinamika perkembangan ekonomi pada saat ini, antara lain OJK berkolaborasi dengan pemerintah/lembaga terkait untuk mendukung sustainability industri perbankan. Kolaborasi menjadi sesuatu yang penting saat ini, dalam artian industri tidak perlu melakukan investasi dari awal. Kerjasama tersebut juga membawa dampak positif melalui penggunaan teknologi dari aplikasi fintech oleh masyarakat. Hal ini juga memberikan kemudahan bagi masyarakat dari segi waktu, yaitu masyarakat tidak perlu datang ke lokasi kantor perbankan mengingat transaksi keuangan dapat dilakukan secara online dan real time melalui penggunaan smart phone. Sesuai dengan mandat Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang OJK, tugas OJK adalah menjaga stabilitas sistem keuangan dengan mengeluarkan kebijakan prudensial baik makro maupun mikro dengan mengatur, mengawasi dan melindungi kepentingan konsumen sektor jasa keuangan. Pada masa pemulihan ekonomi nasional, OJK mengawal 4 empat pilar yang harus dipersiapkan untuk menjadikan perbankan yang lebih agile, adaptif, kontributif dan resilient kepada masyarakat, yaitu 1. Penguatan struktur dan keunggulan kompetitif; 2. Akselerasi transformasi digital; 3. Penguatan peran perbankan; 4. Penguatan pengaturan, perizinan dan pengawasan. Dalam persiapan menjadi bank digital, Bank Umum dan BPR/S harus memiliki strategi yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Bank Umum perlu membentuk sistem pengelolaan data master data management system yang komprehensif dan efektif. Infrastruktur yang harus dimiliki oleh Bank Umum, antara lain ketersediaan dan kesiapan tempat penyimpanan storage, jaringan yang mendukung terselenggaranya transaksi digital berupa server fisik ataupun pemanfaatan cloud, serta sistem keamanan yang memadai, sedangkan BPR/S dapat melakukan kolaborasi bersama fintech untuk melakukan efisiensi dana capital expenditure capex dan operational expenditure opex teknologi informasi. Di samping itu, hal lain yang perlu menjadi perhatian perbankan dalam bertransformasi menjadi bank digital adalah kesiapan SDM dengan kompetensi yang mumpuni. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan edukasi SDM terhadap produk-produk digital perbankan. P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Volume 3, Nomor 2, Mei 2022 235 Persyaratan dan Kendala Perbankan Menjadi Bank Digital Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan POJK Nomor 12/ Tentang Bank Umum diatur bahwa persyaratan perbankan menjadi bank digital yaitu 1. Memiliki model bisnis dengan penggunaan teknologi yang inovatif dan aman dalam melayani kebutuhan nasabah; 2. Memiliki kemampuan untuk mengelola model bisnis perbankan digital yang pruden dan berkesinambungan; 3. Memiliki manajemen risiko secara memadai; 4. Memenuhi aspek tata kelola termasuk pemenuhan Direksi yang mempunyai kompetensi di bidang teknologi informasi dan kompetensi lain sesuai dengan ketentuan OJK mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan bagi pihak utama lembaga jasa keuangan; 5. Menjalankan perlindungan terhadap keamanan data nasabah; dan 6. Memberikan upaya yang kontributif terhadap pengembangan ekosistem keuangan digital dan/atau inklusi keuangan. Namun demikian, pada praktiknya perbankan masih mengalami kendala dalam memenuhi persyaratan tersebut, khususnya dalam bidang development system dan mitigasi risiko. Hal ini tercermin dari belum adanya Bank di Indonesia yang menjadi Bank Digital seutuhnya karena secara umum Bank sampai saat ini menjalankan kegiatan usahanya masih menggunakan dukungan kantor fisik, serta keterbatasan akses jaringan yang dapat dijangkau sampai ke pelosok daerah, sedangkan persyaratan menjadi bank digital bagi BPR/S sampai saat ini belum ada ketentuan baku yang mengatur mengenai kerjasama BPR/S dengan fintech untuk akselerasi transformasi digital. Tantangan-tantangan tersebut perlu dipersiapkan mitigasinya dengan berbagai kebijakan baik dari sisi OJK sebagai regulator dan industri jasa keuangan, agar dampaknya dapat diminimalisir terhadap ekonomi dan sektor jasa keuangan. Manfaat menjadi Bank Digital Keuntungan yang dapat dirasakan oleh perbankan adalah 1. Bank dapat melayani nasabahnya secara mobile dengan lebih cepat dan aman melalui pemanfaatan TI yang masif dan pengembangan infrastruktur TI. 2. Meningkatkan daya saing BPR/S di tengah kompetisi yang semakin ketat. Digitalisasi tersebut juga merupakan partisipasi BPR/S dalam pengembangan ekosistem digital di daerahnya. Digitalisasi produk dan layanan dapat menjadi nilai tambah bagi nasabah dalam berinteraksi dengan BPR/S Otoritas Jasa Keuangan 2021. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/ tentang Bank Umum P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Volume 3, Nomor 2, Mei 2022 236 3. Penggunaan teknologi membuat BPR/S kedepannya dapat menjalankan fungsi dan layanan secara lebih efisien serta efektif. Transformasi Perbankan menjadi Bank Digital Selama Pandemi Covid-19 Selama pandemi, konsumen telah bergerak secara dramatis ke saluran online, dan perusahaan serta industri secara bergantian merespons. Pandemi telah memaksa bisnis untuk mempercepat upaya transformasi digital. Namun, kekurangan keterampilan teknologi global akan membuat pemenuhan permintaan staf transformasi digital menjadi lebih menantang. Selain itu, perbankan juga harus dihadapkan dengan aturan yang mengatur tentang transformasi digital oleh OJK. Dalam hal ini, OJK telah melakukan mapping digital maturity Bank-bank di Indonesia guna memastikan perbankan dapat memenuhi kualifikasi sebagai Bank Digital, yaitu a. Data, yang meliputi data protection akses, kerahasiaan dan keamanan data, data transfer proses perpindahan data, data governance kesesuaian data dan penggunaan data. b. Teknologi yang meliputi emerging technology and application penerapan sistem pada aplikasi yang akan digunakan, technology architecture arsitektur IT, tata kelola TI pengelolaan penggunaan TI sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Manajemen risiko yang meliputi IT Risk Management manajemen risiko dalam pengelolaan system TI, cybersecurity keamanan system dari ancaman cyber, outsourcing penggunaan vendor TI dan SDM. d. Kolaborasi yang meliputi kerja sama bank dengan pihak lain dan platform sharing media aplikasi yang digunakan bersama e. Tatanan institusi yang meliputi talent SDM yang memadai, financial investment biaya dalam investasi TI, leadership kesiapan pimpinan dalam menjalankan bank digital, culture budaya kerja dan organizational design stuktur organisasi yang melibatkan kompetensi di bidang IT. f. Customer yang meliputi customer engagement kemampuan Bank dalam menjalin hubungan baik dengan nasabah, customer experience pengalaman nasabah dalam menggunakan aplikasi, customer trust and perception kepercayaan nasabah dalam menggunakan aplikasi perbankan, customer insight saran nasabah dalam mengembangkan dan memberikan layanan terbaik dari aplikasi digital. Berdasarkan hasil mapping di atas, salah satu aspek yang masih dinilai rendah yaitu manajemen risiko karena SDM Bank yang saat ini belum memiliki kompetensi yang mumpuni soft skill yang meliputi pengetahuan operasional dalam bidang IT dan leadership untuk menjalankan Bank sebagai Bank digital, sehingga Bank harus bekerja P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Volume 3, Nomor 2, Mei 2022 237 sama dengan pihak-pihak yang memiliki kompetensi dalam menjalankan Bank digital outsource dan platform sharing. Peran OJK dalam Mitigasi Risiko Transformasi Digital Sesuai Master Plan Sektor Jasa Keuangan MPSJKI tahun 2021-2025 serta berbagai peta jalan yang lebih detil untuk setiap sektor termasuk diantaranya Roadmap Digitalisasi Sektor Jasa Keuangan, OJK tengah mempersiapkan initiative strategies dalam menghadapi transformasi digital, antara lain pemutakhiran kebijakan dan regulasi terkait produk dan kelembagaan dalam penerapan teknologi informasi untuk mendukung percepatan transformasi digital perbankan. Di sisi lain, dalam masa transformasi digital, OJK menyadari bahwa pemahaman masyarakat atas produk dan jasa keuangan digital ini tidak sepadan dengan pemahaman masyarakat atas risiko yang melekat dalam produk dan jasa keuangan itu sendiri, sehingga masyarakat tidak bisa memahami secara lengkap konsekuensi dari produk-produk tersebut, terutama dalam memahami produk berizin maupun tidak berizin, sehingga menimbulkan dispute baik pinjaman online legal maupun ilegal. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh OJK, risiko yang mungkin akan timbul sebagai dampak dari transformasi digital perbankan antara lain risiko perlindungan dan pertukaran data pribadi, risiko strategis investasi di bidang IT dan risiko serangan cyber. Risiko ini diharapkan dapat diantisipasi melalui penerapan MPSJKI tahun 2021-2025. Salah satu pilar yang ditetapkan yaitu akselerasi transformasi digital, OJK bersama dengan BI, Kementerian Komunikasi dan Informatikan Kominfo secara paralel menerbitkan kebijakan-kebijakan high level, mid level dan technical level. Salah satu prioritas kebijakan di sektor jasa keuangan pada tahun 2022 yaitu memperkuat kebijakan transformasi digital di sektor jasa keuangan agar sejalan dengan pengembangan ekosistem ekonomi digital dalam meningkatkan akses masyarakat untuk mendapatkan produk dan jasa keuangan dengan harga yang lebih murah, kualitas yang lebih baik dan akses yang cepat, termasuk literasi dan perlindungan kepentingan konsumen serta penegakan hukum. OJK berperan memitigasi akses pinjaman online dengan meningkatkan aturan prudential dengan pemodalan yang lebih tinggi dan penerapan market conduct yang lebih baik. OJK juga akan mendorong kolaborasi keuangan formal dalam produk pembiayaan secara online agar dapat menutup gap permintaan yang cukup besar. Selain itu, OJK telah melakukan upaya bersama dengan POLRI, Kominfo, BI dan Kementerian Koperasi dan UKM dengan menandatangani Surat Keputusan Bersama pada tanggal 20 Agustus 2021 untuk meningkatkan efektivitas upaya bersama meningkatkan literasi, edukasi dan penegakan hukum dalam rangka perlindungan kepentingan konsumen sektor jasa keuangan. P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Volume 3, Nomor 2, Mei 2022 238 Peran BI dalam Mitigasi Risiko Transformasi Digital BI sebagai bank sentral yang bertugas mengelola Sistem Pembayaran SP dan Stabilitas Sistem Keuangan SSK, juga berperan penting dalam mendukung perkembangan teknologi digital khususnya dalam transformasi SP yang dilakukan oleh perbankan. Disrupsi digital yang menyebabkan perkembangan teknologi digital sangat pesat sehingga mendorong dunia keuangan untuk terus beradaptasi. Dalam rangka menghadapi transformasi digital dan mitigasi risiko yang mungkin akan timbul dari perkembangan teknologi digital tersebut, BI juga melakukan transformasi/perubahan dalam kebijakan yang mengatur tentang SP sehingga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa keuangan secara digital yang disediakan oleh perbankan. Pandemi Covid-19 telah merubah perilaku nasabah perbankan dalam bertransaksi yang semakin condong ke arah digital. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan transaksi digital di Indonesia. BI mencatat nilai transaksi uang elektronik mencapai Rp27,64 triliun hingga September 2021, serta transaksi digital banking meningkat 46,72% year on year yoy menjadi triliun. Data tersebut mencerminkan bahwa transformasi digital akan semakin diminati oleh masyarakat dan semakin berkembang sehingga perlu dilakukan hal-hal yang dapat mempercepat transformasi digital. Sehubungan dengan hal itu, BI telah menetapkan 5 lima inisiatif untuk mempercepat transformasi digital, yaitu 1. Inisiatif Sistem Pembayaran Hal ini dilakukan melalui standarisasi Application Programming Interface API. Proses ini akan mempercepat kolaborasi antara bank dengan bank dan bank dengan non-bank. 2. Mempercepat Digitalisasi Pembayaran Retail Inisiatif ini dilakukan dengan mengaplikasikan Quick Response Code Indonesian Standard QRIS pada setiap transaksi pedagang dan pembeli. QRIS adalah penyatuan berbagai macam QR dari berbagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran PJSP menggunakan QR Code. QRIS dikembangkan oleh industri sistem pembayaran bersama dengan BI agar proses transaksi dengan QR Code dapat lebih mudah, cepat dan terjaga keamanannya. Semua PJSP yang akan menggunakan QR Code Pembayaran wajib menerapkan QRIS. QRIS digunakan untuk memfasilitasi pembayaran yang menggunakan kode QR yang telah tersandarisasi secara Nasional di Indonesia. QRIS diluncurkan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia ASPI pada tanggal 17 Agustus 2019. Dengan adanya QRIS, seluruh aplikasi pembayaran dari Penyelenggara manapun baik bank dan non-bank yang digunakan masyarakat, dapat P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Volume 3, Nomor 2, Mei 2022 239 digunakan di seluruh toko, pedagang, warung, parkir, tiket wisata, donasi merchant berlogo QRIS, meskipun penyedia QRIS di merchant berbeda dengan penyedia aplikasi yang digunakan masyarakat. Manfaat QRIS bagi pengguna aplikasi pembayaran adalah a. Cepat karena memanfaatkan teknologi QR code terbaru, b. Praktis karena mudah di-download, registrasi dan melakukan transaksi, c. Efektif karena digunakan pada semua jenis merchant dan d. Aman karena transaksi dilakukan tanpa menggunakan uang tunai sehingga dapat meminimalisir penularan Covid-19 melalui sentuhan pada fisik uang sedangkan manfaat QRIS bagi merchant adalah a. Penjualan berpotensi meningkat karena dapat menerima pembayaran berbasis QR apapun, b. Meningkatkan branding, c. Kekinian, d. Lebih praktis karena cukup menggunakan satu QRIS, e. Mengurangi biaya pengelolaan kas, f. Terhindar dari uang palsu, g. Tidak perlu menyediakan uang kembalian, h. Transaksi tercatat otomatis dan bisa dilihat setiap saat, i. Terpisahnya uang untuk usaha dan personal, j. Memudahkan rekonsiliasi dan berpotensi mencegah tindak kecurangan dari pembukuan transaksi tunai dan k. Membangun informasi credit profile untuk memudahkan memperoleh kredit kedepan. 3. Melakukan Penguatan Infrastruktur Pasar Transaksi saat ini di Indonesia belum semua memanfaatkan pembayaran digital disebabkan infrastruktur yang belum memadai. 4. Mendorong Pemanfaatan Data Untuk Kepentingan Publik Dampak transformasi digital akan bisa dirasakan oleh banyak pihak dengan penggunaan data yang optimal 5. Reformasi atau Penyederhanaan Kebijakan BI telah mengeluarkan revisi peraturan-peraturan sistem pembayaran pada tahun 2020. Penyederhanaan bertujuan untuk mempercepat proses digitalisasi sistem keuangan. Selain itu, BI juga mengeluarkan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia BSPI 2025 yaitu arah kebijakan sistem pembayaran BI untuk menavigasi peran industri sistem pembayaran di era ekonomi dan keuangan digital. Blueprint Sistem Pembayaran P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Volume 3, Nomor 2, Mei 2022 240 Indonesia terdiri dari 5 lima Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang dilaksanakan oleh 5 lima working group, yaitu a. Open banking, b. Sistem Pembayaran Ritel, c. Sistem Pembayaran Nilai Besar dan Infrastruktur Pasar Keuangan, d. Data dan Digitalisasi, serta e. Reformasi Regulasi, Perizinan dan Pengawasan. BSPI 2025 akan diwujudkan melalui 23 key deliverables yang akan diimplementasikan secara bertahap dari tahun 2019 sampai dengan 2025. Melalui BSPI 2025, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah program digitalisasi sistem pembayaran, seperti perluasan QRIS, Standar Nasional Open API Pembayaran SNAP dan reformasi regulasi, serta BI-FAST. BI juga meluncurkan Satuan Tugas Satgas Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah P2DD sebagaimana Keputusan Presiden Nomor 3 tahun 2021. Salah satu tujuan pembentukan Satgas P2DD adalah mendukung pengembangan transaksi pembayaran digital di masyarakat untuk mewujudkan keuangan yang inklusif, serta meningkatkan integrasi ekonomi dan keuangan digital nasional. BI-FAST merupakan infrastruktur sistem pembayaran ritel yang dapat memfasilitasi pembayaran ritel menggunakan berbagai instrumen dan kanal pembayaran yang dapat dilakukan secara real time dan selama 24 jam. BI mendorong transformasi digital di industri perbankan untuk menopang peran bank sebagai institusi utama dalam ekonomi digital melalui penerapan solusi digital. Digitalisasi keuangan juga membawa implikasi risiko yang perlu diwaspadai. Risiko tersebut antara lain meningkatnya aktivitas shadow banking, risiko cyber, jenis fraud baru, persaingan usaha tidak sehat dan penyalahgunaan data konsumen. Transformasi data menjadi bagian penting pada era digital, selain itu juga meningkatkan risiko penyalahgunaan data pribadi oleh pihak ketiga. Kebocoran dan jual-beli data individu menjadi masalah utama yang dinilai dapat menurunkan dan menghilangkan kepercayaan konsumen. Dalam hal ini, bank berperan untuk memberikan edukasi dan literasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga keamanan data di dunia cyber. Selain itu, bank juga berperan untuk mengedukasi unbanked people agar dapat mengakses perbankan secara digital, mengingat bank telah memiliki infrastruktur dan sistem yang mumpuni dalam bidang pengelolaan uang dan pembayaran. Disamping itu, bank sebagai pemain utama dalam industri finansial juga diregulasi secara ketat sehingga koridor kerja bank lebih terawasi dan tepercaya bagi masyarakat. P-ISSN 2715-7202 E-ISSN 2715-9418 JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN Volume 3, Nomor 2, Mei 2022 241 PENUTUP Berdasarkan analisis yang penulis lakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum bank dinilai belum siap untuk menjadi bank digital sepenuhnya disebabkan pemenuhan infrasturktur yang baik, kompetensi SDM yang mumpuni dan pengelolaan manajemen risiko yang dibutuhkan untuk menjadi bank digital membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama untuk menjadi full digital. Untuk menuju ke arah tersebut, Bank dapat melakukan kerja sama dengan fintech dan tetap mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh regulator berwenang yaitu OJK dan BI dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Bank diharapkan mampu memenuhi infrastruktur yang baik untuk dapat bertransformasi secara digital, serta memberikan pendidikan/pengetahuan yang sesuai dan mumpuni untuk meningkatkan kompetensi SDM dalam menjalankan kegiatan operasional khususnya dalam menentukan pengelolaan manajemen risiko sebagai bank digital sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh OJK dan BI. DAFTAR PUSTAKA Buku Otoritas Jasa Keuangan 2021. Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan. Jurnal Anna Marini 2017. The Digital Transformation in Banking and The Role of Fintechs in The New Financial Intermediation Scenario. International Journal Financial Economic. Trade 1-6. Indayani S, Hartono B. 2020. Analisisi Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Akibat Pandemi Covid-19. Jurnal Perspektif 18 201-208. Pratiwi EW, Hartono B. 2021. Analisa Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia pada PD BPR Bank BAPAS 69 Kabupaten Magelang. Cap. Jurnal Ekonomi dan Bisnis 4 1-11. Winasis dan Riyanto 2020. Transformasi Digital di Industri Perbankan Indonesia Impak pada Stress Karyawan. Iqtishadia. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah 7 55-64. Peraturan Perundang-undangan Otoritas Jasa Keuangan 2021. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/ Tentang Bank Umum. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Wahyu PratiwiBudi Hartonop> This study aims to explain the training analysis and development of existing PD. BPR BANK BAPAS 69 Magelang Regency. This study explains the analysis of needs, methods, types, objectives and benefits, as well as evaluating training and development. This study uses a qualitative approach, with data collection methods using observation, interviews, and documentation techniques. The results of this study indicate that the purpose of training and development is to improve the quality of human resources they have and is also useful for encouraging the progress of individuals and organizations. PD. BPR BANK BAPAS 69 uses organizational needs analysis, using two training and development methods, namely the classroom and simulation methods. The training and development carried out is formal or official because it has been planned by the organization. The evaluation is based on the value obtained from the trainer, then reviewed further and then used as material for consideration of determining career path or promotion. .
  • ej2i2wqpev.pages.dev/157
  • ej2i2wqpev.pages.dev/70
  • ej2i2wqpev.pages.dev/137
  • ej2i2wqpev.pages.dev/125
  • ej2i2wqpev.pages.dev/346
  • ej2i2wqpev.pages.dev/194
  • ej2i2wqpev.pages.dev/255
  • ej2i2wqpev.pages.dev/55
  • ej2i2wqpev.pages.dev/344
  • seluruh aktivitas perbankan hingga selesainya proses transaksi tts